Minggu, 24 Januari 2021

My crush

tepat 25 Desember 2020. saat pertama kali dia mengirimiku pesan singkat satu huruf "p". Tidak langsung ku balas karena saat itu aku malas meladeni lelaki di sosial media Facebook. Lalu beberapa Minggu kemudian ku buka aplikasi Facebook tepatnya pada kolom pesan di Facebook. Ku liat namanya terdapat di kolom chat. Lalu ku balas tepatnya tanggal 9 Januari 2021, ya 2 Minggu setelah dia mengirimiku pesan. Lalu, ku balas dengan tanda tanya. Maksudnya ku bertanya ada apa? Sampai pada akhirnya dia meminta nomor WhatsApp, ku tanya alasannya dia menjawab ingin menjadi penonton story'. Aneh sekali bukan di saat semua lelaki berusaha merayu dia malah memberikan candaan yang menurutku menarik. Awalnya tidak aku berikan namun saat aku tau dia lelaki yang beda, akhirnya aku kalah. Bertukar pesan pun berpindah pada aplikasi WhatsApp. Lagi lagi dia mengirimiku pesan dengan satu huruf "p" dan balasanku masih sama tanda tanya. Ku rasa dia orang yang beda dari semua cowok yang meminta nomor ku. Dia asik, nyambung di ajak bicara, dan tidak terlalu banyak bicara (modus). Dia terlalu merendah. Mirip dengan lelaki yang aku cintai 4 tahun yang lalu. Ku harap kisah nya tidak sama dengan yang kemarin. Aku tertarik padamu..

Kamis, 14 Januari 2021

Proposal skripsi. Pendahuluan bab 1, landasan teori bab 2, metodologi penelitian bab 3

ANALISIS GAYA BAHASA PERBANDINGAN (HIPERBOLA, PERSONIFIKASI, DAN SIMILE) DALAM PUISI AKU TULIS PAMPLET INI KARYA W.S. RENDRA DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA (PENDEKATAN STILISTIKA) PROPOSAL SKRIPSI Diajukan sebagai tugas sebelum UAS pada mata kuliah Kajian Puisi dengan dosen pengampu Ismalinar, S.S., M.Pd. Oleh: Novita Sari NIM 1888201037 PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG 2021 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas nikmat dan ridho dari Allah SWT. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta nikmat-Nya, sehingga Tugas Pra-Skripsi dalam rangka memenuhi tugas dengan judul “Analisis Gaya Bahasa Perbandingan (Hiperbola, Personifikasi, dan Simile) dalam Puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya W.S. Rendra dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA (Pendekatan Stilistika)” dapat disusun sesuai harapan. Laporan hasil penelitian ini dibuat untuk membantu penulis dalam kegiatan memaksimalkan nilai dalam mata kuliah Kajian Puisi dan memenuhi tugas mata kuliah ini. Proposal-Skripsi ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu dan bekerja sama dalam menyelesaikan penelitian serta laporan hasil penelitian ini. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: Bapak Dr. H. Ahmad Amarullah, S.Pd., M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang. Bapak Dr. H. Desri Arwen, S.Pd., M.Pd., Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Tangerang. Bapak Dr. H. Bay Masruri, M.M., Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah Tangerang. Bapak Dr. Enawar, S.Pd., M.M., MOS., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang. Ibu Sumiyani, M.Pd., Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang. Bapak Dr. Asep Suhendar, M.Pd., Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang. Ibu Nori Anggraini, M.Pd., Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang. Ibu Ismalinar, M.Pd., Dosen Pembimbing Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang. Bapak Basri selaku Ayah tersayang yang telah memberikan motor untuk dipakai ke rumah temen, memberikan uang, membayarkan kuliah, dan memberikan kasih sayangnya kepada penulis sehingga penulis mempunyai alasan untuk tidak malas mengerjakan Tugas Pra- Skripsi. Ibu Nasuha selaku Ibunda tercinta yang selalu mendukung segala keputusan penulis selagi itu benar, memberikan pengertian, dan kasih sayang yang tak terhingga sehingga penulis bisa dengan semangat menyelesaikan semua tugas. Keluarga besar yang termasuk kakak laki-laki Peri Oktora, kakak Perempuan Desy Perawati, dan kakak ipar Fadhillah yang telah memberi pinjam pengisi daya. Sahabat-sahabat penulis atau yang dikenal dengan keluarga besar Big Boss Familly Lutfatul Milah, Serly Eka Puspita, Aminati Riyani, Aida Syarifatul Awida, Nurralisya Munawaroh, dan Farah Adillah Azzahriani Yunita yang telah menemani. Bangtan Sonyeondan atau yang dikenal dengan BTS, Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min Yoongi, Jung Huseok, Park Jimin, Kim Taehyung, dan Jeon Jungkook yang selalu membuat penulis semangat, menemani penulis dengan cara mendengarkan semua lagunya yang membuat semakin bersemangat, video-video yang lucu sehingga menghibur penulis saat jenuh dengan tugas lalu kembali bersemangat. Kepada seluruh teman-teman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya 5 A1 yang sudah saling membantu saat penulis bertanya mengenai hal-hal yang tidak dipahami. Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan umur yang berkah. Semoga segala bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Dan Tugas Mini Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca maupun pihak lain yang membutuhkannya. Tangerang, Januari 2021 Novita Sari NIM 188820201037 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI v BAB I 1 PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Fokus Masalah 5 C. Rumusan Masalah 5 D. Tujuan Penelitian 5 E. Manfaat Masalah 6 BAB II 8 LANDASAN TEORI 8 A. Sastra 8 1. Pengertian Sastra 8 2. Fungsi Sastra 11 3. Jenis-jenis Sastra 14 B. Puisi 19 1. Pengertian Puisi 20 2. Jenis-Jenis Puisi 22 3. Fungsi Puisi 30 4. Unsur Intrinsik Puisi 33 5. Jenis-jenis Unsur Fisik dan Unsur Batin 36 C. Gaya Bahasa 42 1. Pengertian Gaya Bahasa 42 2. Jenis-jenis Gaya Bahasa 47 D. Gaya Bahasa Perbandingan 48 1. Pengertian Gaya Bahasa Perbandingan 48 2. Jenis-jenis Majas Perbandigan 49 a. Gaya Bahasa Hiperbola ...................................................................... 50 1) Pengertian Gaya Bahasa Hiperbola .............................................. 50 2) Contoh Gaya Bahasa Hiperbola ................................................... 51 b. Gaya Bahasa Personifikasi ................................................................ 50 1) Pengertian Gaya Bahasa Personifikasi......................................... 50 2) Contoh Gaya Bahasa Personifikasi Contohnya: 54 c. Gaya Bahasa Simile .......................................................................... 50 1) Pengertian Gaya Bahasa Simile.................................................... 50 2) Contoh Gaya Bahasa Simile......................................................... 51 E. Pendekatan Stilistika 56 F. Pembelajaran Sastra 58 I. Kajian yang Relevan 63 BAB III 65 METODOLOGI PENELITIAN 65 A. Pendekatan dan Metode Penelitian 65 B. Lokasi dan Waktu Penelitian 69 C. Sumber dan Jenis Data Penelitian 69 D. Teknik Pengumpulan Data 70 E. Instrumen Penelitian 74 F. Teknik Analisis Data 76 G. Keabsahan Data 78 DAFTAR PUSTAKA 82 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Puisi juga sering didefiniskan sebagai karya sastra yang berupa seni tertulis. Puisi merupakan karya seorang penyair yang berusaha menyampaikan pesan-pesan, perasaan, serta pikirannya melalui diksi dan pola tertulis. Penyair adalah orang yang membuat atau menciptakan puisi. Dalam puisi ini, seorang penyair biasanya menambahkan bahasa yang kualitas estetis pada makna yang semantis. Jadi balik kata yang indah terdapat makna. Puisi merupakan karya seorang penyair yang berusaha menyampaikan pesan-pesan, perasaan, serta pikirannya melalui diksi dan pola tertulis. Puisi adalah perasaan dan pikiran manusia yang diungkapkan dalam bahasa yang padat, indah, dan tidak langsung kecuali puisi anak. Puisi juga sering disebut dengan karya sastra yang berbentuk tulisan yang memiliki makna dan kata-kata yang mengandung keindahan. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berisi mengenai pengalaman yang menggunggah perasaan dan ekspresi dalam bentuk sajak dan terdapat bait-bait dalam puisi. Di dalam puisi terdapat gaya bahasa yang di mana memiliki makna yang indah di dalamnya. Penyair selalu menyampaikan puisi dengan gaya bahasanya masing-masing atau sudah menjadi ciri khas dari pengarang. Gaya bahasa adalah cara khas penulis dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk sebuah tulisan atau lisan. Dalam keahlian menggunakan gaya gaya bahasa ini atau yang sering disebut dengan majas dapat memengaruhi kata-kata secara indah. Gaya bahasa ini juga terkadang dikenal dengan style. Kekhasaan gaya bahasa ini terletak pada pemilihan kata-katanya yang secara tidak langsung menyatakan makna yang sebenarnya. Gaya bahasa juga bisa mengungkapkan jiwa dan kepribadian seorang penulis. Gaya bahasa terbagi menjadi empat yaitu, gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa penegasan, dan gaya bahasa sindiran. Gaya bahasa yang akan diteliti yaitu gaya bahasa perbandingan. Majas perbandingan adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias untuk membandingkan dan meningkatkan kesan dari suatu kalimat terhadap pembaca dan pendengar. Gaya bahasa perbandingan juga sering didefinisikan majas yang gaya bahasanya diungkapkan dengan cara menyandingkan atau membandingkan suatu objek lainnya, bisa berupa penyamaan, pelebihan, atau pengganti objek tersebut. Gaya bahasa perbandingan memiliki jenis-jenis khususnya yang akan diteliti diantaranya, hiperbola, personifikasi, dan simile. Peneliti tertarik terhadap puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya W.S. Rendra. Puisinya memiliki gaya bahasa perbandingan yang sangat indah dan menarik sehingga penulis ingin menelitinya. Puisi ini mengandung banyak gaya bahasa perbandingan seperti hiperbola, personifikasi, dan simile. Semua itu akan memudahkan penulis untuk menganalisisnya. Gaya bahasa yang terkandung dalam puisi Aku Tulis Pamplet Ini mengandung beberapa gaya bahasa, namun yang akan diteliti hanya satu gaya bahasa yaitu gaya bahasa perbandingan. Karena penulis ini bisa disebut penulis yang mempunyai ciri khas sendiri dalam setiap puisinya. Puisi yang ditulisnya memiliki gaya bahasa yang beragam dan sangat bermakna sehingga membuat orang yang membacanya dapat menangkap makna dari setiap kata yang ditulis. Gaya bahasa memang sangat diperlukan di dalam puisi. Penyair pada puisi ini adalah W.S Rendra. Penyair ini merupakan penyair yang sangat terkenal dengan beberapa puisinya yang sering kali mengkritik pemerintah dan mengandung banyak makna yang tersirat melalui gaya bahasa. Penyair adalah salah satu sastrawan berkebangsaan Indonesia. Sejak muda ia sudah menulis puisi, skenario darama, cerpen, dan esai sastra di berbagai media massa. Puisi yang terkenal dari penyair ini salah satunya adalah Aku Tulis Pamplet Ini. Setelah penulis membaca berulang-ulang penulis tertarik pada puisinya. Gaya bahasa juga merupakan unsur instrinsik dari puisi. Unsur instrinsik puisi terbagi menjadi enam unsur yaitu, unsur bunyi, unsur kata, unsur larik, unsur baris, unsur tifografi, unsur batin, dan unsur fisik. Sedangkan, gaya bahasa sendiri masuk ke dalam unsur fisik yang di mana itu terdapat gaya bahasa, rima, citraan, dan diksi. Gaya bahasa bukan termasuk unsur dari luar tetapi terdapat pada puisi itu sendiri. Analisis ini menggunakan pendekatan stilistika karena berhubungan dengan gaya bahasa. Pendekatan stilistika adalah pendekatan sastra yang berkaitan dengan penelitian penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra. Penelitian menggunakan pendekatan stilistika memerlukan pemahaman yang mendalam tentang gaya bahasa dan mencari seberapa jauh penguasaan gaya bahasa pencipta karya sastra tersebut. pendekatan stilistika menggunakan unsur-unsur yang ada di dalam karya sastra itu sendiri. Pendekatan struktural tidak mempertimbangkan hal-hal yang berada di luar puisi. Analisis penelitian adalah Analisis Gaya Bahasa Perbandingan dalam Puisi Orang-Orang Miskin dan Aku Tulis Pamplet Ini Karya W.S. Rendra dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA (Pendekatan Stilistika). Gaya bahasa perbandingan yang diteliti yaitu, Alegori, Asosiasi, Hiperbola, Personifikasi, Metafora, dan Metonomia. Dalam pembelajaran sastra di sekolah gaya bahasa juga dipelajari dalam kompetensi dasar atau terdapat di dalam KD yang diatur dalam silabus kemudian dikembangkan dalam RPP. Maka, pembelajaran ini ada implikasinya dalam pembelajaran sastra di sekolah. Di sekolah siswa juga belajar gaya bahasa yang terdapat di dalam puisis. Dengan demikian, alasan penulis memilih judul “Analisis Gaya Bahasa Perbandingan (Hiperbola, Personifikasi, dan Simile) dalam Puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya W.S. Rendra dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA (Pendekatan Stilistika)” Karena masih banyak orang yang masih belum paham dan belum mengetahui mengenai analisis gaya bahasa khususnya perbandingan. Di kehidupan sehari-hari gaya bahasa itu sangat dibutuhkan untuk membuat suatu karya sastra. Karena gaya bahasa merupakan unsur instrinsik dalam puisi dan terdapat pada unsur fisik. Penulis tertarik karena dengan judul ini penulis bisa memberikan pelajaran kepada para pembaca yang belum mengetahui mengenai gaya bahasa perbandingan Fokus Masalah Berdasarkan latar belakang dapat ditentukan fokus masalahnya yaitu, “Gaya Bahasa Perbandingan (Hiperbola, Personifikasi, dan Simile) dalam Puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya W.S. Rendra dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA (Pendekatan Stilistika)”. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus masalah ditentukan rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut: Bagaimana gaya bahasa perbandingan (hiperbola, personifikasi, dan simile) dalam Puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya W.S. Rendra dan implikasinya dalam pembelajaran Sastra Di SMA (pendekatan stilistika)? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah ditentukan tujuan penelitian adalah sebagai berikut: Untuk mendeskripsikan gaya bahasa perbandingan (hiperbola, personifikasi, dan simile) dalam Puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya W.S. Rendra dan implikasinya dalam pembelajaran Sastra Di SMA (pendekatan stilistika)?. Manfaat Masalah Hasil analisis ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait baik secara teoritis maupun praktis. Diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak. Adapun penelitian ini adalah : Manfaat Teoritis Selain memberikan kontribuasi konkret dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai kajian untuk mendukung, memperkuat, dan juga melakukan pengembangan pada penelitian berikutnya. Khususnya yang berkaitan dengan gaya bahasa perbandingan dalam Puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya W.S. Rendra dalam pembelajaran Sastra menggunakan pendekatan stilistika. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitain ini diharapkan memberikan pengalaman serta pengetahuan mengenai gaya bahasa perbandingan (hiperbola, personifikasi, dan simile) dalam Puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya W.S. Rendra dan implikasinya dalam pembelajaran Sastra Di SMA (pendekatan stilistika) dan secara praktis dapat memberikan manfaat diantaranya yaitu: Bagi Siswa Penelitian diharapkan dapat melatih siswa agar lebih aktif, kreatif, mandiri, percaya, dan inovatif dalam menyelesaikan pembelajaran sastra pada mata pelajaran Bahasa indonesia. Sehingga dapat meningkatkan sikap positif pada siswa untuk mengalisis gaya bahasa perbandingan hiperbola, personifikasi, dan simile menggunakan pendekatan stilistika. Bagi Guru Mampu menumbuhkan imajinatif sastra puisi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa. Mampu relasi makna puisi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Bagi Sekolah Dapat membantu meningkatkan prestasi guru dalam pembelajaran sastra dan demi kemajuan proses pembelajaran yang menyenangkan di masa yang akan datang. Bagi Peneliti Dapat menambah pengalaman dan wawasan tentang analisis gaya bahasa perbandingan (hiperbola, personifikasi, dan simile) dalam Puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya W.S. Rendra dan implikasinya dalam pembelajaran Sastra Di SMA menggunakan pendekatan stilistika BAB II LANDASAN TEORI Sastra Ruang lingkup hakikat sastra adalah pengertian, jenis-jenis, dan fungsi sastra. Untuk menguasai hakikat sastra, pembaca perlu memahami ketiganya terlebih dahulu. Oleh sebab itu, di bawah ini satu per satu dari hakikat sastra tersebut akan dibahas. Pengertian Sastra Sastra dapat diistilahkan sebagai karya yang indah. Sastra adalah tulisan yang memiliki gaya bahasa yang indah. Sastra juga kadang didefiniskan sebagai ungkapan ekspresi manusia yang berupa tulisan atau lisan yang berdasarkan pada pemikiran, pendapat, pengalaman, hingga ke perasaan dalam bentuk imajinatif, cerminan dari kenyataan yang dikemas dalam bahasa yang estetis melalui media bahasa. Sastra berbentuk imajinasi disesuaikan dengan perasaan penulis agar pendengar maupun pembaca juga merasakan apa yang dirasakan oleh penulis atau pengarang. Sastra adalah karya fiksi tetapi dapat mencerminkan sebuah kenyataan. Kata sastra berasal dari bahasa Sanskerta terdiri dari kata dasar sas dan tra. Arti kata sas adalah “pedoman”, “intruksi”, “mengarahkan”, dan tra dimaknai dengan “alat”. dari uraian tersebut kata sastra dapat diartikan sebagai buku yang berisi pedoman, mengarahkan, dan memberikan intruksi. Contohnya, buku Nitisastra dan Silpasasta. Selain itu, kata sastra juga dimaknai sebagai tulisan atau huruf yang kemudian mengalami perkembangan makna hingga berarti bahasa. kata sastra diawali kata su yang berarti “indah”. Jika keduanya digabungkan, akan menjadi kata susastra. Kata susastra bermakna “bahasa yang indah” atau “karya sastra yang menggunakan media bahasa yang indah”. Menurut Wellek dan Warem (2014:4) menyatakan bahwa, sastra adalah suatu kegiatan kreatif seni (Nori Anggraini 2018:7). Sementara, Bakhtiar, Ahmad, dan Aswinarko (2013: 1-3) menyebutkan bahwa, pada dasarnya sulit mendefinisikan sastra yang dikemukakan kadang hanya pas berkaitan dengan sastra tertentu, tetapi sastra memiliki sistem yang terbaca produknya oleh pembaca. Bahasa sastra merupakan sebuah komunikasi antara pengarang dan pembaca. Jadi dapat dikatakan bahwa, sastra memiliki definisi yang sulit diartinya karena sastra adalah seni yang memiliki sistem yang bisa dibaca (Nori Anggraini 2018:7). Menurut Andre Lafevere berpandangan bahwa, sastra adalah karya sastra (termasuk fiksi) merupakan sebuah deskripsi pengalaman kemanusiaan yang memiliki dimensi individual dan sosial kemasyarakan sekaligus (Nori Anggraini 2018:7). Jadi maksudnya adalah sastra itu sebuah gambaran yang berupa pengalaman masyarakat atau manusia yang dimiliki oleh seseorang. Sastra biasanya berisi pengalaman-pengalaman, kejadian yang berkesan, dan juga kenang-kenangan. Menurut pendapat dari Ahmad Badrun, sastra adalah kegiatan yang mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain sebagai alat dan bersifat imajinatif. Jadi yang dimaksud Ahmad Badrun bahwa sastra adalah sebuah aktivitas, usaha yang memerlukan bahasa untuk mengungkapkan dan garis simbol-simbol yang digunakan sebagai alat untuk menuangkan ide dan bersifat imajinatif atau berkhayal. Menurut pendapat dari Aristoteles, sastra adalah sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat. Maksudnya Aristoteles yaitu sastra adalah sebuah kegiatan, aktivitas, usaha yang berhubungan dengan agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat. Contoh, dalam agama yaitu Al-Qur’an yang di dalamnya berisi kata-kata yang indah dan juga mempunyai banyak nilai-nilai moral serta religius. Di dalam Al-Qur’an juga terkadang terdapat cerita atau kisah tentang Nabi dan Rasul. Oleh karena itu, sastra juga ada kaitannya dengan agama karena sastra adalah seni yang indah. Menurut pendapat dari Plato, sebuah sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan. sebuah karya sastra merupakan peneladanan dari alam semesta dan sekaligus model kenyataan. Berdasarkan pendapat Plato disini menyatakan bahwa, sastra memiliki definisi dari hasil tiruan ata gambaran dari pengalaman yang nyata sudah dilalui oleh penulis yang dijadikan sebagai pemeran utamanya dalam karya tersebut. Dengan demikian, dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, sastra adalah sebuah gambaran pengalaman dan kenangan yang termasuk fiksi kemanusiaan yang memiliki nilai individual. Karya sastra juga sering kali disebut dengan karya seni. Sastra juga dapat dikatakan sebagai karya yang berasal dari imajinasi pengarang yang ingin menyampaikan perasaannya lewat sebuah tulisan maupun lisan dan jadilah karya sastra yang memiliki nilai seni. Sastra juga sering disebut dengan bahasa yang indah karena dari isinya terdapat pemilihan kata yang baik dan estetik. Sastra juga dapat menghibur hati seseorang. sastra adalah sebuah kegiatan, aktivitas, usaha yang berhubungan dengan agama, ilmu pengetahuan, dan filsafat. Contoh, dalam agama yaitu Al-Qur’an yang di dalamnya berisi kata-kata yang indah dan juga mempunyai banyak nilai-nilai moral serta religius. Fungsi Sastra Karya-karya sastra yang ditulis dapat memberikan efek kepada pembacanya. Bahkan sastra bisa mengubah kebiasaan suatu kaum. Pada masanya karya sastra bahkan sampai mejadi hal yang menakutkan atau mengancam pemerintahan. Sampai-sampai sastrawannya diasingkan. Sebut saja contohnya, Pramoedya Ananta Thoer dan Widji Thukul. Selain itu, sastra adalah cermin kehidupan, karena karya sastra dibuat sebagai imitasi kehidupan yang sebenarnya. Sehingga pembaca dapat memperoleh manfaat atau hikmah dari suatu kisah. Selain itu dengan mendalami sastra, para pembaca dapat menajamkan nurani dan rasa kemanusiaan lewat kisah yang dibacanya. Sebab ada banyak sekali penulis yang menyelipkan pesan-pesan moral di dalam karyanya. Pada dasarnya ada tiga pokok fungsi karya sastra, pertama, indah dan menghibur, kedua, bermanfaat, dan ketiga menyucikan jiwa. Menurut Horace (Wellek dan Warren, 2014), karya sastra berfungsi utile et dulce. Utile bermakna bermanfaat dan dulce berarti menghibur, nikmat, indah/estetis (Ismalinar). Karya sastra berfungsi menampilkan keindahan sehingga pembaca atau penonton merasa terhibur. Saat menciptakan karya sastra, baik puisi, prosa, maupun drama, pengarang tidak hanya mengolah isi karya sastra, melainkan juga mengolah bahasanya dengan sarana retorika yang sudah tersedia. Tujuan akhirnya adalah agar pembaca dapat menikmati karya sastra melalui media bahasanya yang indah. Selain itu, sastra juga berfungsi memintarkan pengarang. Agar mampu menghasilkan sebuah karya, pengarang berusaha menguasai ilmu-ilmu yang relevan dengan tema karya sastra yang akan ditulisnya. Pengarang dituntut mengekspresikan gejala sosial dalam masyarakat tidak hanya dalam bentuk rekaman-rekaman kejadian, melainkan mengekspresikannya dalam bentuk penafsiran-penafsiran yang sudah diolah sedemikian rupa. Untuk memenuhi semua itu, pengarang wajib banyak membaca, banyak belajar, dan banyak mengamati kondisi di lingkungan sekitarnya, serta mengembangkan nalar dan imaginasinya terhadap kemungkinan-kemungkinan baru yang mungkin saja terjadi. Dengan demikian, secara tidak langsung, sebelum menulis, pengarang wajib membekali dirinya dengan pengetahuan dan wawasan yang luas yang berkaitan dengan tema karya yang akan ditulisnya (Ismalinar). Sebagai seorang sastraan biasanya mereka mempunyai banyak pengetahuan untuk membekali diri dalam hal membuat tema yang menarik. Seorang sastrawan dikategorikan sebagai manusia yang memiliki akal yang pintar dan kreatif karena bisa menciptakan sebuah hiburan dan seni hanya dengan merangkai kata menjadi kalimat dan indah. Tak hanya indah terkadang kalimat itu juga bisa memberikan makna yang sangat bernilai dan bermoral. Horatius mengatakan bahwa manfaat sastra itu berguna dan menyenangkan. Secara lebih jelas dapat dijelaskan sebagai berikut yaitu: Karya sastra dapat membawa pembaca terhibur melalui berbagai kisahan yang disajikan pengarang mengenai kehidupan yang ditampilkan. Pembaca akan memperoleh pengalaman batin dari berbagai tafsiran terhadap kisah yang disajikan. Karya sastra dapat memperkaya jiwa/emosi pembacanya melalui pengalaman hidup para tokoh dalam karya. Karya sastra dapat memperkaya pengetahuan intelektual pembaca dari gagasan, pemikiran, cita-cita, serta kehidupan masyarakat yang digambarkan dalam karya. Karya sastra mengandung unsur pendidikan. Di dalam karya sastra terdapat nilai-nilai tradisi budaya bangsa dari generasi ke generasi. Karya sastra dapat digunakan untuk menjadi sarana penyampaian ajaran-ajaran yang bermanfaat bagi pembacanya. Karya sastra dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau penelitian tentang keadaan sosial budaya masyarakat yang digambarkan dalam karya sastra tersebut dalam waktu tertentu. Masih banyak manfaat sastra yang bagi satu pembaca berbeda dengan pembaca lainnya. Sehingga beberapa pembaca yang menikmati buku yang sama bisa jadi memperoleh pengalaman puitik yang berbeda. Jenis-jenis Sastra Penelitian tentang jenis-jenis sastra terus berkembang dari waktu ke waktu, dan seringkali tidak memuaskan karena pengertian-pengertian yang dirumuskan selalu saja bergeser dan mengalami perubahan. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan konsep tentang karya sastra. Namun, dengan demikian, meskipun meskipun konsep-konsep tentang karya sastra selalu berubah, teteapi objek studinya dapat dikatakan tetap sama. Jenis-jenis sastra yaitu: Puisi Puisi merupakan salah satu ragam karya sastra yang terikat dengan irama, ritma, rima, bait, larik, dan ditandai dengan bahasa yang padat. Puisi juga merupakan seni tertulis yang mana menggunakan bahasa sebagai kualitas estetiknya. Puisi adalah perasaan dan pikiran manusia yang diungkapkan dalam bahasa yang padat, indah, dan tidak langsung kecuali puisi anak. Puisi juga sering disebut dengan karya sastra yang berbentuk tulisan yang memiliki makna dan kata-kata yang mengandung keindahan. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berisi mengenai pengalaman yang menggunggah perasaan dan ekspresi dalam bentuk sajak dan terdapat bait-bait dalam puisi. Drama Drama adalah karya sastra berupa kisah atau cerita yang dipentaskan atau ditampilkan di atas panggung. Drama sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dramoi yang berarti berbuat, bertindak, dan sebagainya. kata drama dapat diartikan sebagai suatu perbuatan atau tindakan. Secara umum, pengertian drama merupakan suatu karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dan dengan maksud pertunjukan oleh aktor. Pementasan naskah drama dapat dikenal dengan istilah teater. Drama juga dapat dikatakan sebagai cerita yang diperagakan di panggung dan berdasarkan sebuah naskah. Pada umumnya, drama memiliki dua arti yaitu dalam arti yang luas dan sempit. Pengertian drama dalam arti yang luas adalah semua bentuk tontonan atau pertunjukan yang mengandung cerita yang dipertontonkan atau dipertunjukan di depan khalayak umum. Sedangkan, menurut pengertian sempitnya, drama adalah sebuah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan di atas panggung. Menurut Tim Matrix Media, drama adalah bentuk narasi yang menggambarkan kehidupan dan alam manusia melalui perilaku (akting) yang dipentaskan. Berdasarkan pendapat Tim Matrix Media menyatakan bahwa, drama adalah sebuah akting yang dipentaskan di atas panggung yang sudah dipersiapkan dalam bentuk narasi yang menggambarkan kehidupan manusia yang nyata juga mengandung dialog, adegan, prolog, dan epilog. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengertian drama adalah sebuah karangan yang dapat menggambarkan suatu kehidupan serta watak manusia dalam berperilaku yang dipentaskan dalam beberapa babak dan memiliki beberapa dialog. Drama adalah aksi yang terbentuk dari narasi yang menggambarkan tentang kehidupan dan alam manusia. Prosa Prosa adalah karangan bebas yang tergolong ke dalam macam sastra. Karena masih mengandung unsure tulisan indah yang sengaja dibuat dengan berbagai nilai dan pesan yang tersirat di dalam tulisannya. Prosa adalah suatu karya sastra yang berbentuk tulisan dan bersifat bebas, yang dimaksud dengan bersifat bebas adalah karya sastra ini tidak terikat dengan aturan-aturan penulisan karya sastra lainnya, seperti rima, ritma, larik, diski, dan lainnya. Prosa dalam penbertian kesusastraan disebut fiksi. Istilah fiksi yaitu cerita rekaan. Pengertian prosa adalah bentuk karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita secara bebas, yang tidak terikat oleh rima dan ritma. Menurut Zainuddin 1991 (dalam buku Nori Anggraini, 2019:1) memberikan pengertian bahwa, prosa adalah pengungkapan peristiwa cerita secara jelas dengan menguraikan seluruh pikiran dan juga seluruh perasaan serta tidak terikat syarat-syarat tertentu dalam sebuah karya sastra. Berdasarkan pendapat Zainuddin menyatakan bahwa, yaitu prosa adalah sebuah pernyataan yang jelas mengenai peristiwa dan menguraikannya secara sempurna dan jelas tanpa terikat dengan aturan-aturan karya sastra. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, prosa adalah sebuah pernyataan atau karangan yang bersifat bebas tanpa terikat dengan aturan-aturan karya sastra dan adanya rangkaian cerita tertentu di dalam prosa tersebut. prosa adalah karya fiksi yang bersifat realistis, bukan hanya aktualistik. Prosa ialah sebuah karangan yang bersifat menjabarkan dengan terurai mengenai suatu masalaha tau peristiwa dan lain sebagainya. prosa sendiri melekat dengan sifat yang bebas. Novel Secara etimologi, kata novel berasal dari bahasa Itali, novella. Novel merupakan sebutan dalam bahasa Inggris yang kosakatanya diterima dalam bahasa Indonesia. Novel merupakan bentuk karya sastra yang disebut fiksi. Bahkan, dalam perkembangannya kemudian, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. (Nurgiantoro, 2013). Artinya, kata novel berasal dari bahasa Inggris. Novel merupakan bentuk karya sastra. Novel termasuk fiksi (Ismalinar). Novel itu masuk ke dalam karya sastra yang berupa fiksi, bahkan sering kali di sama-samakan dengan fiksi. Karena kebanyakan novel itu di ambil dari khayalan dan terkadang dilebih-lebihkan walaupun hakikatnya novel ditulis oleh pengarang berdasarkan kehidupan nyata tetapi tidak semuanya ada dalam kehidupan nyata pengarang. Pengarang sering kali menambah-nambahkan bagian yang kurang menarik dengan beberapa alur yang menarik. Pada dasarnya novel maupun roman menceritakan hal luar biasa yang terjadi dalam kehidupan manusia. Jalan hidup tokoh cerita yang ditampilkan dapat berubah-rubah seperti halnya kehidupan manusia (Rokhmansyah, 2014). Dengan demikian, pengarang dapat mengembangkan ceritanya dalam novel sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia yang juga suka berubah-ubah sehingga cerita jadi menarik (Ismalinar). Menurut (Damono, 1984) Novel merupakan salah satu produk sastra yang dihasilkan oleh pengarang yang selain hasil imajinasi juga merupakan penghayatannya terhadap gambaran kehidupan masyarakat yang ada di sekelilingnya. Kehidupan tersebut merupakan kenyataansosial yang menyangkut hubungan antar masyarakat, antar masyarakat dengan seseorang, dan antar peristiwa (Ismalinar). Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa secara etimologi kata novel berasal dari bahasa Itali novella. Novel merupakan sebuah hasil dari karya sastra yang diciptakan oleh penulis atau pengarang. Banyak sekali masyarakat yang menggemari novel termasuk peneliti sendiri. Peneliti juga ikut berpartisipasi dalam menulis novel di aplikasi wattpad. Penulis menciptakan novel dengan khayalan tetapi banyak juga dari penulis yang menciptakan dan menulis novel berdasarkan pengalaman hidup mereka. Contohnya, penulis novel Fiersa Besari. Puisi Pada bagian ini, peneliti ingin menjelaskan pengertian puisi, baik secara etimologi, maupun definisi puisi menurut beberapa pakar sastra. Selanjutnya, dirincikankan pula jenis-jenis puisi. Agar lebih memahami puisi, maka diuraikan pula ciri-ciri puisi. Pengertian Puisi Puisi merupakan karya seorang penyair yang berusaha menyampaikan pesan-pesan, perasaan, serta pikirannya melalui diksi dan pola tertulis. Puisi adalah perasaan dan pikiran manusia yang diungkapkan dalam bahasa yang padat, indah, dan tidak langsung kecuali puisi anak. Puisi juga sering disebut dengan karya sastra yang berbentuk tulisan yang memiliki makna dan kata-kata yang mengandung keindahan. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berisi mengenai pengalaman yang menggunggah perasaan dan ekspresi dalam bentuk sajak dan terdapat bait-bait dalam puisi. Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima (bentuk kata kerja) yang berarti “membuat” dan poesis (bentuk kata benda) yang berarti “pembuatan”. Sementara, dalam bahasa Inggris, puisi disebut dengan poetry. Menurut Wirjosoedarmo 1984:51 (dalam buku Anggraini, 2017: 33) bahwa, puisi adalah karangan yang terikat oleh a) banyak baris dalam tiap baris (kuplet/strofa/suku karangan); b) banyak kata dalam tiap baris; c) banyak suku kata dalam tiap baris; d) rima dan irama. Berdasarkan pendapat Wirjosoedarmo disini menyatakan bahwa, bahwa puisi adalah karangan yang ditulis oleh penyair yang di dalam terikat oleh baris, banyaknya kata, suku kata, rima, dan irama. Hal ini bisa disebut dengan puisi lama karena masih terikat oleh aturan-aturan. Menurut Pradopo 2012: 7 (dalam buku Anggraini, 2017: 3) menambahkan bahwa pada waktu sekarang, para penyair berusaha melepaskan diri dari aturan yang ketat itu sehingga muncullah sajak bebas. Berdasarkan pendapat disini menyatakan bahwa, yaitu, puisi yang terdapat pada saat ini merupakan puisi baru yang di mana isinya tidak terikat oleh aturan-aturan yang sangat ketat atau bersifat bebas. Menurut Pradopo 2012: 7 (dalam buku Anggraini, 2017: 3) menyatakan bahwa, puisi adalah mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah dalam wujud yang paling berkesan. Dalam buku Apresiasi Puisi, Wahyu 2003: 1 (dalam buku Anggraini, 2017: 3) menyatakan bahwa, puisi adalah karya sastra yang bahasanya dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Hal ini dapat disimpulkan bahwa, puisi adalah sebuah karya sastra yang di mana bahasanya diubah menjadi bahasa yang padat, sederhana, dan diberikan irama dalam bentuk bunyi yang padu dan juga menggunakan diksi yang indah agar dapat menggambarkan suasana hati penyair sehingga pembaca atau pendengar seolah-olah dapat merasakan. Dengan demikian, berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli dapat disimpulkan bahwa, puisi adalah curahan hati, isi hati, sebuah pemikiran, ungkapan hati, interpretasi, pengalamn-pengalaman manusia yang dapat meningkatkan imajinasi dan merangsang pikiran serta perasaan manusia dengan menggunakan kata-kata dan diksi yang begitu indah sehingga pembaca maupun pendengarnya seolah-olah dapat merasakan apa yang di karang oleh penyair. Banyak sekali pengarang yang menulis puisi berdasarkan apa yang dilihat dan dirasakan. Sebab, puisi adalah curhatan hati. Jenis-Jenis Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang mendayagunakan bahasa sebagai medianya. Puisi tercipta oleh seseorang yang terlatih dalam olah indra, rasa, pikiran, dan imajinasi. Sekian unsur tadi bergerak bersama. Namun demikian, tidak semua unsur tersebut memiliki porsi atau andil yang sama dalam melukiskan sebuah puisi. Saat tertentu, indra yang mendominasi dalam melahirkan begitu dan seterusnya. Adapun jenis-jenis puisi yaitu: Puisi Lama Puisi lama atau puisi konvensional merupakan jenis puisi yang masih terikat oleh persajakan, pengaturan larik dalam setiap bait, dan jumlah kata dalam setiap larik, serta musikalitas puisi sangat diperhatikan. Dalam hal ini, yang tergolong di dalamnya adalah jenis-jenis puisi lama, misalnya pantun, syair, gurindam, bidal, talibun, dan banyak lagi yang lainnya. Puisi adalah perasaan dan pikiran manusia yang diungkapkan dalam bahasa yang padat, indah, dan tidak langsung bersifat terikat pada bentuk format pusi seperti jumlah kata dalam larik, jumlah larik dalam bait, banyaknya suku kata dalam setiap baris, irama, dan sajak. Puisi lama juga masih terikat syarat-syarat karya sastra seperti rima, ritma, diksi, dan larik. Puisi lama juga diungkapkan secara tidak langsung. Puisi lama adalah puisi yang masih terikat oleh kaidah dan aturan-aturan penulisan yang berlaku. Ciri-Ciri Puisi Lama Tidak diketahui nama pengarangnya. Penyampaian dari mulut ke mulut, sehingga merupakan sastra lisan. Sangat terikat akan kaidah dan aturan-aturan yang masih berlaku seperti gaya bahasa, diksi, rima, intonasi dan sebagainya. Jenis Jenis Puisi Lama Setelah mengetahui aturan-aturan dan ciri-ciri puisi lama, maka jenis-jenisnya adalah sebagai berikut: Mantra Mantra adalah ucapan yang dianggap sakral dan memiliki kekuatan gaib, umumnya antra digunakan dalam upacara tertentu seperti mantra yang digunakan untuk menolak datangnya hujan dan sebaliknya. Pantun Pantun adalah puisi yang memiliki sajak a-a-a-a atau a-b-a-b yang setiap baitnya terdiri dari empat atau delapan baris, dan di tiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata, dua baris awal sebagai sampiran, sedangkan untuk dua baris berikutnya sebagai isi. Pantun dapat bedakan berdasarkan temanya, misalnya: pantun jenaka, Pantun anak, Pantun kehidupan dan sebagainya. Talibun Talibun adalah pantun yang memiliki jumlah baris yang selalu genap dalam setiap baitnya. biasanya terdiri dari enam, delapan, sepuluh baris maupun kelipatan dua lainnya. Syair Syair adalah puisi atau karya sastra dari arab yang memiliki sajak a-a-a-a. Biasanya syair menceritakan sebuah kisah dan didalamnya akan terkadung amanat atau nasehat. Karmina Karmina adalah pantun yang sangat pendek atau biasa disebut dengan pantun kilat. Gurindam Gurindam adalah puisi yang hanya terdapat dua baris kalimat saja dalam setiap baitnya, memiliki sajak a-a-a-a dan memiliki nasehat atau amanat. Puisi Baru Puisi baru atau puisi modern atau puisi inkonvensional adalah bentuk puisi yang sudah tidak terikat oleh aturan-aturan yang mengikat puisi lama sehingga cenderung lebih bebas. Puisi baru berkembang dari puisi lama yang telah mendapat pengaruh dari luar, puisinya tidak terikat oleh aturan rima, jumlah baris, atau jumlah kata. Meskipun demikian, baik puisi lama maupun puisi baru di dalamnya masih terkandung ritme, rima dan musikalitas. Puisi adalah perasaan dan pikiran manusia yang diungkapkan dalam bahasa yang padat, indah, dan tidak langsung bersifat bebas, maksudnya masih boleh menggunakan bentuk baru dan boleh juga menciptakan bentuk yang inovatif atau menggabungkan bentuk baru dan yang lama. Puisi baru adalah puisi yang tidak terikat oleh aturab-aturan karya sastra sehingga lebih bebas bentuknya dari pada puisi lama, baik dari segi jumlah kata, jumlah suku kata, baris, dan juga sajak. Kebebasan dipilih oleh penyair maksudnya penyair boleh memilih, apakah masih memasukan unsur-unsur bahasa yang terikat atau tidak. Bahkan, penyair boleh menciptakan bentuk-bentuk puisi yang inovatif dengan mengolah pemakaian bahasa sedemikian rupa. Namun, harus diingat walaupun puisi bersifat bebas, dalam kebebasan tersbeut tetap saja tidak boleh melanggar hakikat puisi itu sendiri, yaitu padat, indah, dan diungkapkan secara tidak langsung kecuali puisi-puisi tertentu, salah satunya puisi anak. Puisi Baru adalah puisi yang bentunya lebih bebas dan tidak terikat sama sekali seperti aturan-aturan yang ada pada puisi lama. Biasanya ini disebut dengan puisi modern. Puisi ini mulai terlihat dengan adanya pujangga pujangga baru. Dan mulai terkenal pada tahun 1945 yang dipelopori oleh Chairil Anwar. Ciri-Ciri Puisi Baru Memiliki bentuk yang rapi, simetris Persajakan akhir yang teratur Menggunakan pola sajak pantun dan syair walaupun dengan pola yang lain Umumnya puisi empat seuntai Di setiap baris atasnya sebuah gatra (kesatuan sintaksis) Di tiap gatranya terdiri dari dua kata (pada umumnya) : 4-5 suku kata Jenis Jenis Puisi Baru Puisi baru dikatogerikan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut: Jenis Jenis Puisi Baru Berdasarkan Isinya Balada Balada adalah puisi yang berisi kisah atau cerita. Puisi jenis ini terdiri atas tiga (3) bait, yang setiap delapan (8) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Lalu skema berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren pada bait-bait berikutnya. Contohnya pada puisi karya Sapardi Damono berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”. Himne Himne adalah puisi pujaan kepada Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-ciri himne adalah lagu pujian yang menghormati seorang dewa, tuhan, pahlawan, tanah air, almamater (pemandu di Dunia Sastra). Semakin berkembangnya zaman, arti himne berubah yang mana pengertian himne sekarang adalah sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap yang dihormati seperti guru, pahlawan, dewa, tuhan yang bernapaskan ketuhanan. Romansa Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Arti romansa berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra (perancis “Romantique). Ode Ode adalah puisi yang berisi sanjungan untuk orang yang telah berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum. Epigram Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan atau ajaran hidup. Epigram berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtihar, dan ada teladan. Elegi Elegi adalah puisi yang berisi rata tangis atau kesedihan yang berisi sajak atau lagu dengan mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang. Satire Satire adalah puisi yang berisi sindira/kritik. Istilah berisi bahasa latin Sature yang berarti sindiran; kejaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puasa hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dsb). Jenis-Jenis Puisi Baru Berdasarkan Bentuknya atau Larik Distikon Distikon adalah puisi yang yang tiap bait dari puisi ini terdiri atas dua larik. (puisi dua seuntai). Terzina Terzina adalah puisi yang terdiri atas tiga larik pada setiap baitnya. (puisi tiga seuntai). Kuatrain Kuatrain adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari empat larik (puisi empat seuntai). Kuint Kuint adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari lima larik (puisi lima seuntai). Sektet Sektet adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari enam larik (puisi enam seuntai). Septime Septime adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari tujuh larik (tujuh seuntai). Oktaf Oktaf adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari delapan larik (double kutrain atau puisi delapan seuntai). Soneta Soneta adalah puisi yang terdiri dari empat belas larik yang terbagi dalam dua, dimana dua bait pertama masing-masing empat baris dan pada dua bait kedua masing-masing tiga baris. Fungsi Puisi Puisi merupakan karya sastra yang mengungkapkan perasaan dan pikiran penulis ke dalam kata-kata yang indah dan menggugah. Selain sebagai bentuk ekspresi, puisi juga berperan sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan ide atau gagasan terhadap suatu hal atau peristiwa. Dibutuhkan kemampuan dalam mengolah kata dan melihat situasi untuk menulis puisi yang sarat akan makna. Berikut adalah 5 manfaat menulis puisi untuk perkembangan diri yang perlu Anda ketahui. Meningkatkan kreativitas Menulis puisi bermanfaat untuk meningkatkan kreativitas. Khususnya kreativitas dalam mengolah kata. Dalam menulis puisi dibutuhkan keterampilan dalam menyusun kata, gaya bahasa, serta rima yang tepat dan indah. Secara tidak langsung, Anda berlatih untuk merangkai kata-kata yang puitis namun tetap singkat dan sarat makna. Menulis puisi membuat sang penulis semakin terbiasa dalam menuangkan pikiran dan perasaan ke dalam karya sastra yang autentik dan imajinatif. Membuat perasaan menjadi lebih baik Menulis puisi mampu membuat perasaan penulisnya menjadi lebih baik. Dalam ilmu psikologi, hal ini disebut katarsis. Mengutip dari sehatq.com, katarsis adalah pelepasan emosi dan perasaan negatif dalam diri melalui cara yang positif. Menulis puisi bisa menjadi jalan untuk meluapkan emosi-emosi negatif yang ada dalam diri. Dengan menyalurkan emosi-emosi tersebut ke dalam kata-kata, secara tidak langsung Anda berusaha mengidentifikasi dan memahami emosi yang berkecamuk dalam diri. Sehingga membuat diri mampu melihat masalah yang ada dengan lebih jernih. Hal ini dapat membantu jiwa dan mental menjadi lebih sehat. Menambah keberanian dalam bersuara Menulis puisi bisa menambah keberanian dalam menyuarakan pendapat. Menulis puisi merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan, kritik, kemarahan, hingga nasihat akan berbagai aspek kehidupan di sekitar Anda. Seperti aspek sosial, budaya, ekonomi, hingga politik. Hal ini mengasah kemampuan berpikir kritis dan empati terhadap lingkungan. Menuangkan pemikiran dan perasaan terhadap kehidupan ke dalam puisi juga memperteguh sisi kemanusiaan. Hal ini menjadi motivasi terkuat dalam diri seseorang untuk berani menyuarakan kebenaran. Meningkatkan kepercayaan diri dalam berkarya Menulis puisi merupakan pekerjaan akal dan hati. Hal ini yang menjadikan setiap puisi unik dan indah. Berkarya berarti memberdayakan pikiran, perasaan, dan kemampuan menjadi sesuatu yang memiliki dampak atau makna. Menulis puisi dengan kesungguhan akal dan hati, merupakan salah satu implementasi dalam menjadi berdaya dan bermakna. Kesempatan mendapatkan penghasilan Menulis puisi juga bisa menjadi pintu rezeki. Anda bisa menambah pundi-pundi uang dengan menulis puisi. Hal ini bisa diawali dengan mengirimkan puisi-puisi buatan Anda ke berbagai media cetak maupun media online. Baik surat kabar, majalah, atau tabloid. Selain itu, Anda juga dapat menjajal kesempatan dengan mengikuti berbagai lomba atau kompetisi menulis puisi. Kuncinya adalah konsisten, terus belajar, dan pantang menyerah. Puisi mempunyai berbagai manfaat. Manfaat puisi dapat kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari contohnya : Puisi dapat dijadikan arahan dalam membentuk kepribadian. Melatih diri untuk lebih berimajinasi. Mampu menggambarkan kehidupan manusia dan lingkungannya. Mampu membangkitkan semangat pembaca. Mampu memberikan motivasi bagi pembaca. Puisi dapat dijadikan sebagai media dalam menyampaikan protes sosial oleh penyair. Dapat mengembangkan cognitive peserta didik Dapat menggambarkan kehidupan manusia dan lingkungan tertentu. Dapat membandingkan dan mengapresiasikan karya sastra. Unsur Intrinsik Puisi Unsur instrinsik puisi terbagi menjadi enam meliputi: Unsur Bunyi Unsur bunyi ini adalah unsur yang banyak memasukan unsur vokal. Istilah yang sering digunakan adalah jika puisi memiliki banyak unsur vokal maka puisi itu indah. Sedangkan, jika puisi itu memiliki banyak unsur konsonan maka puisi itu tidak indah. Unsur Kata Unsur kata adalah unsur yang membicarakan tentang apa yang sedang dibahas dalam puisi dan juga lambang-lambang yang terdapat di dalam puisi. Unsur Larik Unsur larik adalah unsur yang membahas mengenai barisan, ada berapa larik di dalam puisi, dan ada berapa baris. Unsur Tipografi Unsur tipografi adalah unsur yang membahas mengenai bentuk puisi yang telah diatur sedemikian rupa lariknya. Contohnya, berbentuk zigzag, bulat, dan kotak. Unsur Batin Unsur batin adalah unsur yang berada di dalam puisi tanpa bisa dilihat tetapi dapat dirasakan. Unsur batin ini terdiri dari empat unsur yaitu: Tema Tema merupakan gagasan pokok sebagai dasar penulisan sebuah karya. Gagasan pokok tersebut begitu kuat dalam jiwa penyairnya. Pengungkapan gagasan pokok tersebut menjadi landasan awal memahami isi karyanya. Rasa Rasa merupakan perasaan penulis, menghayati, atau sedih. Bagaimana perasaan penulis. Dalam puisi “Aku Tulis Pamplet Ini” karya W.S Rendra di dalamnya menunjukan rasa sarat akan kekecewaan, amarah, dendam, dan benci. Nada Nada adalah bagaiaman sikap penyair terhadap membacanya apakah menggurui, membimbing, mengkritik, dan curhat. Nada dalam puisi “Aku Tulis Pamplet Ini” karya W.S Rendra ini merupakan nada protes dan mengkritik kepada pemerintah atas hak suara yang tidak rakyat dapatkan. ,yaitu nada yang menggambarkan suasana hati penuh pertentangan, amarah, dan pemberontakan. Dalam pembacaan puisi tersebut juga menggunakan tekanan suara yang lebih tinggi, karena puisi tersebut mengisahkan tentang rasa kekecewaan, kesedihan dan kekesalan. Amanat Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh penyair lewat tulisannya. Amanat yang terdapat dalam puisi ini bertujuan untuk memberikan pesan-pesan dari penyair kepada pembaca baik tersirat atau tersurat. Amanat yang terkandung dalam puisi tersebut adalah harus berani untuk menyampaikan pendapat, tapi jangan terlalu dendam, harus kuat, jangan merugikan orang lain, harus amanat, menghargai orang lain, dan memberikan rakyat hak bersuara. Unsur Fisik Unsur Fisik adalah unsur yang dapat dilihat keberadaannya. Unsur fisik merupakan struktur yang membangun puisi dari luar. Unsur ini cendrung terlihat secara kasat mata. Unsur ini menurut Hikmat, dkk. terdiri dari wujud puisi, diksi, kata konkret, gaya bahasa, dan citraan (2016: 20-37). Berdasarkan definisi dari Hikmat, unsur fisik puisi yaitu meliputi wujud puisi, gaya bahasa, pilihan kata (diksi), kata konkret, dan citraan. Jenis-jenis Unsur Fisik dan Unsur Batin Unsur puisi merupakan unsur-unsur yang membangun puisi. Di dalam puisi terdapat dua unsur yang membangunnya. Struktur tersebut disebut sebagai unsur fisik dan unsur batin. Dalam melakukan pengkajian dengan pendekatan struktural atau objektif maka kedua aspek ini adalah aspek yang harus ditinjau. Unsur fisik merupakan unsur yang membangun puisi dari luar. unsur ini cendrung terlihat secara kasat mata. unsur ini menurut Hikmat, dkk. terdiri dari wujud puisi, diksi, kata konkret, gaya bahasa, dan citraan (2016: 20—37). Sebaliknya, unsur batin merupakan unsur yang membangun puisi dari dalam, unsur ini tidak terlihat secara kasat mata namun menjadi sumber dari ekspresi pengarang dalam menyampaikan gagasannya. Struktur ini terdiri dari tema, nada, suasana, dan amanat. Unsur Fisik Di dalam unsur fisik ini, semua unsur yang ada di dalamnya erat kaitannya dengan bahasa sebagai alat utama dalam mengekpresikan perasaan pengarangnya. Wujud Puisi Wujud puisi pada umumnya menyangkut tiga aspek, yaitu: judul, isi, dan titimangsa. Judul di dalam puisi di letakkan dibagian atas puisi. Judul ini kadang disambung dengan subjudul yang di antaranya menuliskan tentang kepada siapa puisi itu ditujukan atau puisi tersebut menyangkut peristiwa apa. Selanjutnya, isi puisi. Umumnya isi puisi terdiri dari baris dan bait puisi. Baris merupakan satu deretan kata yang tersusun secara horizontal. Sementara bait merupakan gambungan dari beberapa baris di dalam puisi yang tersusun horizontal. Diksi Diksi merupakan segala hal yang berkaitan dengan pemilihan kata yang dilakukan oleh penyair dalam menyajikan puisinya. Diksi akan menggambarkan perasaan yang meletup-letup (semangat, optimisme, keyakinan, dan gairah) atau sebaliknya, perasaan yang sendu (terluka, berduka, murung, dan menderita) yang terdapat di dalam puisi. Singkat kata, diksi akan menggambarkan bagaimana perasaan pengarangnya di dalam menulis puisi. Penggambaran tersebut dapat tercermin dari bagaimana pengarang melakukan pelambangan dan versifikasi di dalam puisinya. Pelambangan atau lambang di dalam puisi adalah penggantian suatu hal dengan hal lain (Waluyo, 2005: 4). Selanjutnya, versifikasi. Versifikasi berkaitan dengan bunyi dan rima. Bunyi bahasa terbagi menjadi dua, eufoni dan kakofoni. Eufoni merupakan kombinasi bunyi yang merdu sehingga ketika puisi itu dibacakan akan enak untuk didengar. Kombinasi yang merdu memunculkan perasaan rindu, cinta kasih, dan segala sesuatu yang menggambarkan keindahan. Kakofoni merupakan kombinasi bunyi yang terdengar kacau sehingga bila dibacakan tidak enak untuk didengar. Kombinasi bunyi merefleksikan perasaan yang liar, kacau, rusuh, dan lian- lain. Irama merupakan naik-turunnya bunyi bahasa yang teratur. Kestrukturan pola tersebut ditandai dengan jumlah suku kata dan tekanannya yang tetap sehingga menghasilkan alun suara yang juga tetap. Ritme adalah irama yang muncul akibat pergantian tinggi rendah secara teratur namun jumlah suku katanya tak teratur. Kata Konkret Kata konkret dalam puisi adalah kata-kata yang mampu digambarkan secara konkret oleh pikiran pembaca saat membaca sebuah puisi. Kata-kata kongkret memungkinkan pembaca menghidupkan pancainderanya, sehingga ketika membaca puisi seorang pembaca seakan-akan dapat melihat, mendengar, mencium, meraba, dan mencecap gagasan yang ada di dalam puisi. Gaya Bahasa Gaya bahasa menurut Sudjiman mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas dan citraan, pola rima, matra terdapat dalam karya sastra (1993: 13). Berdasarkan hal tersebut, maka gaya bahasa tidak semata-mata persoalan penggunaan bahasa kiasan di dalam puisi, namun juga mencakup aspek-aspek lain seperti citraan, rima, dan struktur kalimat. Menurut Tarigan (1990: 117) membagi gaya bahasa menjadi empat jenis yakni, majas perbandingan, majas pertentangan, majas penegasan, dan majas perulangan. Keempat jenis majas ini kemudian terbagi kembali menjadi beberapa bagian, yaitu majas perbandingan terdiri dari perumpamaan, kiasan, penginsanan, alegori, dan antitesis. Majas pertentangan terdiri dari hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paronomasia, paralipsis, dan zeugma. Majas penegasan terdiri dari metonimia, sinekdoke, alusi, eufimisme, elipsis, inversi, dan gradasi. Majas perulangan terdiri dari aliterasi, antanaklasis, kiasmus, dan repetisi. Citraan Citraan atau disebut juga pengimajian. Menurut Hikmat, dkk (2016: 37) citraan erat kaitannya dengan pancaindera yang terdiri dari penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pencecapan. Pradopo menambahkan dengan citraan gerak (2009: 87). Berdasarkan pemaparan tersebut, maka citraan dapat dibagi menjadi enam, yaitu citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan penciuman, citraan perabaan, citraan pencecapan, dan citraan gerak. Unsur Batin Unsur batin merupakan unsur yang membangun puisi dari dalam, unsur ini tidak terlihat secara kasat mata namun menjadi sumber dari ekspresi pengarang dalam menyampaikan gagasannya. Struktur ini terdiri dari tema, nada, suasana, dan amanat Tema Tema adalah gagasan pokok penulis tentang suatu objek yang ditulisnya. Tema berangkat dari pergelutan penyair terhadap lingkungan sekitarnya. Penulisan tema tertentu pada periode tertentu menunjukkan bahwa situasi sangat mempengaruhi ekspresi penyair dalam menulis puisinya. Nada Menurut Hikmat, dkk. (2016) nada adalah ekspresi afektif penyair terhadap pembacanya. Yang dimaksud dengan ekspreksi afektif adalah sikap penyair terhadap pembacanya seperti apa di dalam puisi yang ditulisnya. Beberapa penyair menempatkan dirinya di hadapan pembacanya dengan beragam sikap. Ada yang memandang pembacanya dengan sikap yang bersahabat, penuh perhatian, ada pula yang memandang pembacanya dengan nada angkuh. Rasa Rasa merupakan kondisi secara psikologis yang terdapat di dalam puisi dan dirasakan oleh pembaca saat membaca puisi tersebut. Suasana dibangun oleh penyair agar pembaca mampu merasakan apa yang dirasakan oleh penyair ketika menulis puisi tersebut. Oleh karena itu, puisi kadang dapat membangkitkan semangat para pendemo ketika isi puisi tersebut menunjukkan kata-kata yang penuh tenaga dan berapi-api. Sebaliknya, seseorang merasa dimabuk asmara dan penuh rasa cinta ketika membaca puisi-puisi dengan suasana suka cita dalam cinta sebagaimana tampak perasaan. Amanat Amanat adalah pesan atau maksud yang hendak disampaikan seorang penyair kepada pembacanya. Beberapa pesan dapat ditangkap dengan mudah oleh pembacanya, terlebih jika diksi yang digunakan mudah dipahami sehingga pembaca tak telalu sulit menerjemahkan diksinya. Sebaliknya, amanat bisa jadi akan sangat sulit diambil pesannya jika kata-kata di dalam puisi tersebut penuh dengan gaya bahasa, sehingga untuk menggali amanatnya, terlebih dahulu harus menginterpretasi gaya bahasa yang digunakan penyairnya. Di dalam menyampaikan amanat ini, penyair biasanya mengungkapkan pesan-pesan edukatif, religius, moral, dan lain-lain. Meski pesan-pesan tersebut disampaikan kepada pembacanya, namun kadang pembacanya tidak merasa digurui atau diceramahi. Hal inilah yang membedakan puisi dengan teks pidato yang cendrung argumentatif, ekspositif, dan persuasif. Gaya Bahasa Pada bagian ini, peneliti ingin menjelaskan pengertian gaya bahasa, baik secara etimologi, maupun definisi gaya bahasa menurut beberapa pakar sastra. Selanjutnya, dirincikankan pula jenis-jenis gaya bahasa. Agar lebih memahami gaya bahasa, maka diuraikan pula ciri-ciri gaya bahasa. Pengertian Gaya Bahasa Gaya bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; pemakaian ragam tertentu untuk memeroleh efek tertentu, keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok, penulis sastra, cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan. Menurut Dale, 1971:220 (dalam buku Guntur Tarigan, 2009 : 4). Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Secara singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. Jadi maksudnya, gaya bahasa itu memiliki bahasa yang memiliki keindahan yang digunakan untuk meningkatkan efek indah dengan cara membandingkan serta memperkenalkan suatu hal tertentu dengan hal yang lebih umum. Menurut Guntur Tarigan, (2009 : 4) mengemukakan bahwa gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak atau pembaca. Gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan (Abrams,1981). Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau penutur (Keraf, 1990). Dengan gaya bahasa, penutur bermaksud menjadikan paparan bahasanya menarik, kaya, padat, jelas dan lebih mampu menekankan gagasan yang ingin disampaikan, menciptakan suasana tertentu dan menampilkan efek estetis. Efek estetik tersebut menyebabkan karya sastra bernilai seni. Nilai seni karya sastra tidak semata-mata disebabkan oleh gaya bahasa saja, tapi juga oleh gaya bercerita atau penyusunan alurnya. Namun, gaya bahasalah yang sangat besar sumbangannya terhadap pencapaian nilai. Menurut Soediro Satoto, (1995: 36) Style dapat diartikan sebagai cara khas yang dipergunakan oleh seseorang untuk mengutarakan atau mengungkapkan diri atau gaya pribadi. Style sangat luas, bisa meliputi style sekelompok pengarang, style suatu bangsa, style perseorangan, dapat juga merupakan style pada periode tertentu atau gaya penulisan tertentu Stilistika tidak hanya merupakan studi gaya bahasa dalam kesusastraan saja, tetapi juga studi gaya dalam bahasa pada umumnya meskipun ada perhatian khusus pada bahasa kesusastraan yang paling sadar dan paling kompleks. Stilistika berguna untuk membeberkan kesan pemakaian susun kata dalam kalimat yang menyebabkan gaya kalimat, di samping ketepatan pemilihan kata, memegang peranan penting dalam ciptaan sastra. Sudjiman berkesimpulan bahwa style dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa. Gaya bahasa itu sendiri mencakup diksi, struktur kalimat, majas dan citraan, pola rima, serta mantra yang digunakan seorang pengarang atau yang terdapat dalam sebuah karya sastra (bandingkan Keraf, 1981:99). Menurut Keraf (1991: 112), gaya bahasa meliputi semua hierarki kebahasaan, yakni pilihan kata (diksi), frasa, klausa, dan kalimat, serta wacana. Jadi dapat dijelaskan bahwa, gaya bahasa menurut Keraf yaitu semua pangkatan atau tingkatan kebahasaan yaitu ada di dalam gaya bahasa seperti diksi atau pemilihan kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Senada dengan itu, Pradopo (2004: 9-14) menyatakan bahwa unsur-unsur gaya bahasa itu meliputi: (1) intonasi, (2) bunyi, (3) kata, (4) kalimat, dan (5) wacana. Jadi di dalam gaya bahasa juga terdapat unsur gaya bahasa yaitu intonasi (ketepatan pengucapan atau irama dalam bahasa), bunyi (nada), kata (yang terdiri dari huruf-huruf), kalimat (yang terdiri dari beberapa kata), dan wacana (komunikasi secara verbal atau percakapan). Perlu kita ketahui bahwa gaya bahasa (style), sesuai dengan konteks kajiannya yakni karya sastra yang bermediumkan bahasa, style diartikan sebagai ‘gaya bahasa’. Gaya bahasa adalah cara pemakaian bahasa dalam karangan, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan (Abrams, 1981: 190-191). Style menyaran pada cara pemakaian bahasa dalam konteks tertentu, oleh pengarang tertentu, untuk tujuan tertentu. Chomsky menggunakan istilah deep structure (struktur batin) dan surface structure (struktur lahir), yang identik pula dengan isi dan bentuk dalam gaya bahasa (Fowler, 1997: 6). Struktur lahir adalah performansi kebahasaan dalam wujudnya yang konkret, dan itulah gaya bahasa. Adapun struktur batin merupakan gagasan yang ingin dikemukakan oleh pengarang melalui gaya bahasanya itu. Style ‘gaya bahasa’ adalah cara gagasan dan perasaan dengan bahasa khas sesuai dengan kreativitas, kepribadian, dan karakter pengarang untuk mencapai efek tertentu, yakni efek estetik atau efek kepuitisan dan efek penciptaan makna. Gaya bahasa dalam karya sastra dipakai pengarang sebagai sarana retorika dengan mengekploitasi dan memanipulasi potensi bahasa. Menurut Hasan dalam Murtono, 2010:15, Gaya bahasa atau style adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseoarang dalam bertutur atau menulis; pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra: cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan. Gaya bahasa juga bermakna cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa. Gaya bahasa ini bersifat individu dan dapat juga bersifat kelompok. Gaya bahasa yang bersifat individu disebut idiolek, sedangkan yang bersifat kelompok (masyarakat) disebut dialek. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan watak, dan kemampuan seseorang ataupun masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Dengan demikian, dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa, gaya bahasa adalah pemakaian kata-kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk melukiskan sesuatu maksud untuk membentuk plastik bahasa. Gaya bahasa baik bagi penulis maupun pembaca berfungsi untuk mengeksplorasi kemampuan bahasa khususnya bahasa yang digunakan. Stilistika dengan demikian memperkaya cara berpikir, cara pemahaman, dan cara perolehan terhadap substansi kultural pada umumnya. Melalui gaya bahasa pembaca dapat menilai kepribadian dan kemampuan pengarang, semakin baik gaya bahasa yang digunakan, semakin baik pula penilaian terhadapnya. Sering dikatakan bahwa bahasa adalah pengarang yang terekam dalam karya yang dihaslkannya. Oleh sebab itu, setiap pengarang mempunyai gayanya masing-masing. Jenis-jenis Gaya Bahasa Gaya bahasa atau majas adalah ungkapan penyampaian pesan dengan menggunkan kiasan. Bahasa majas menunjukkan makna yang tidak sebenarnya dengan realita karena menggunakan bahasa imajinatif. Menurut Depdiknas (2005) gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan baik secara lisan maupun tertulis. Meskipun ada banyak macam gaya bahasa atau majas, namun secara sederhana gaya bahasa terdiri dari empat macam, yaitu majas perbandingan, majas penegasan, majas pertentangan, dan majas sindiran. Majas perbandingan, meliputi: alegori, alusio, simile, metafora, sinestesia, antropomorfemis, antonomesia, aptronim, metonemia, hipokorisme, litotes, hiperbola, personifikasi, pars prototo, totum proparte, eufemisme, depersonifikasi, disfemisme, fabel, parabel, perifrase, eponim, dan simbolik. Majas penegasan, meliputi: apofasis, pleonasme, repetisi, pararima, aliterasi, paralelisme, tautologi, sigmatisme, antanaklasis, klimaks, antiklimaks, inversi, retoris, elipsis, koreksio, sindeton, interupsi, eksklamasio, enumerasio, preterito, alonim, kolokasi, silepsis, dan zeugma. Majas pertentangan, meliputi: paradoks, antitesis, oksimoron, kontradiksi interminus, dan anakronisme. Majas sindiran, meliputi: ironi, sarkasme, sinisme, satire, inuendo, dan lain-lain. Namun, seiring dangan perkembangannya, gaya bahasa atau majas dapat dibedakan menjadi beberapa jenis lagi. Gaya Bahasa Perbandingan Majas perbandingan, meliputi: alegori, alusio, simile, metafora, sinestesia, antropomorfemis, antonomesia, aptronim, metonemia, hipokorisme, litotes, hiperbola, personifikasi, pars prototo, totum proparte, eufemisme, depersonifikasi, disfemisme, fabel, parabel, perifrase, eponim, dan simbolik. Namun, hanya tiga gaya bahasa yang akan diteliti yaitu, majas hiperbola, majas personifikasi, dan majas simile. Pengertian Gaya Bahasa Perbandingan Gaya bahasa perbandingan adalah majas perbandingan adalah majas yang menyatakan perbandingan. Perbandingan tersebut diungkapkan dengan cara yang berbeda-beda terganting dengan bahasa yang digunakan. Menurut Keraf (1981:121) mengatakan bahwa, membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut. Pengertian perbandingan sebenarnya juga mengandung dua pengertian, yaitu pertama perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa langsung, dan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Perbandingan berikut termasuk dalam gaya bahasa langsung: Dia sama pintar dengan kakaknya Kerbau itu sama kuat dengan sapi Sampai di mana batas antara perbandingan yang merupakan bahasa langsung dan bahasa kiasan? Hal itu tergantung dari kelas katanya, tergantung dari perbedaan antara kelas kata-kata yang diperbandingkan itu. Bila kelasnya sangat berbeda maka dimasukkan dalam bahasa kiasan. Ucapan seperti pemuda adalah bunga bangsa termasuk dalam bahasa kiasan karena kelas pemuda dan kelas bunga sangat berlainan. Oleh karena itu untuk mengetahui apakah sebuah perbandingan itu kiasan atau tidak, hendaknya diperhatikan tiga hal berikut: (1) tetapkan dahulu kelas kedua barang atau hal yang akan diperbandingkan itu. (2) perhatikan tingkat kesamaan atau perbedaan antara kedua hal tersebut. (3) perhatikan konteks di mana ciri-ciri kedua hal itu diketemukan. Jika tidak ada kesamaan maka perbandingan itu adalah bahasa kiasan. Dengan demikian, dari seluruh definisi di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa majas perbandingan adalah majas yang membandingkan suatu hal atau benda yang satu dengan yang lain. Jenis-jenis Majas Perbandigan Menurut Pradopo (2013:62) berpendapat bahwa perbandingan adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan yang lain dengan mempergunakan kata- kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, dan kata-kata pembanding lain. Adapun gaya bahasa perbandingan ini meliputi: alegori, alusio, simile, metafora, sinestesia, antropomorfemis, antonomesia, aptronim, metonemia, hipokorisme, litotes, hiperbola, personifikasi, pars prototo, totum proparte, eufemisme, depersonifikasi, disfemisme, fabel, parabel, perifrase, eponim, dan simbolik. Berikut ini penulis akan gaya bahasa yang akan peneliti gunakan dalam kajian puisi analisis gaya bahasa perbandingan dalam puisi Aku Tulis Pamplet Ini karya W.S Rendra menggunakan gaya bahasa perbandingan yaitu hiperbola, personafikasi, dan simile. Gaya Bahasa Hiperbola Penulis akan membahas mengenai pengertian gaya bahasa hiperbola, dan juga contoh-contoh gaya bahasa hiperbola. Pengertian Gaya Bahasa Hiperbola Majas hiperbola merupakan majas yang mengungkapkan sesuatu dengan cara melebih-lebihkan hal tersebut, terkadang perbandingan yang duat terasa tidak masuk akal. Hiperbola ialah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan baik jumlah, ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan untuk menekan, memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Hiperbola merupakan pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Adalah sepatah kata yang diganti dengan kata lain yang memberikan pengertian lebih hebat daripada kata lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, pengertian gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa yang cara mengungkapkannya dengan berlebihan, lebay, melebih-lebihan, dan tidak masuk akal. Contoh-contoh Gaya Bahasa Hiperbola Adapun contoh-contoh gaya bahasa hiperbola yaitu di bawah ini: Contoh: Harga-harga sudah meroket. Ketika mendengar berita itu, mereka terkejut setengah mati Saya ucapkan beribu-rbu terima kasih atas perkenan Bapak dan Ibu menghadiri undangan panitia. Harga cabai naik setinggi langit. Ayah bekerja siang malam membanting tulang tanpa memperhatikan kesehatannya sendiri. Penjelasan: bekerja membanting tulang maksudnya bekerja dengan keras. Gaya Bahasa Personifikasi Penulis akan membahas mengenai pengertian gaya bahasa personifikasi dan juga contoh-contoh gaya bahasa personifikasi. Pengertian Gaya Bahasa Personafikasi Majas personifikasi yang seolah-olah menjadikan benda mati seolah-olah makhluk hidup. Personifikasi berasal dari bahasa latin persona (‘orang, pelaku, actor, atau topeng yang dipakai dalam drama’) + fic (‘membuat’). Karena itulah maka apabila kita mempergunakan gaya bahasa personifikasi, kita memberikan ciri-ciri atau kualitas , yaitu kualitas pribadi orang kepada benda-benda yang tidak bernyawa ataupun kepada gagasan-gagasan (Dale dkk, 1971:221). Dengan kata lain penginsanan atau personifikasi, ialah jenis yang meletakkan sifat-sifat insani kepada barang yang tidak bernyawa dan ide-ide yang abstrak. Personifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani pada barang atau benda yang tidak bernyawa ataupun pada ide yang abstrak. Personifikasi merupakan pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia. Personifikasi adalah majas yang menerapakan sifat-sifat manusia terhadap benda mati. Personifikasi atau penginsanan adalah gaya bahasa yang mempersamakan benda-benda dengan manusia, punya sifat, kemampuan, pemikiran, perasaan, seperti yang dimiliki dan dialami oleh manusia. Menurut Keraf (2007:140) berpendapat bahwa personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Personifikasi juga dapat diartikan majas yang menerangkan sifat-sifat manusia terhadap benda-benda mati. Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa, personifikasi adalah gaya bahasa yang mendeskripsikan benda mati seolah-olah memiliki sikap dan perilaku seperti manusia. Sementara itu, menurut Pradopo (2013:75) berpendapat bahwa personifikasi adalah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti manusia. Berdasarkan pendapat Pradopo dijelaskan kembali bahwa, personifikasi adalah kiasaan yang menyamakan benda mati seolah-olah hidup seperti manusia. Dengan demikian dari pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa, gaya bahasa personifikasi adalah salah satu gaya bahasa yang terdapat dalam majas perbandingan yang artinya gaya bahasa personifikasi ialah gaya bahasa yang menginsankan suatu benda mati seolah-olah memiliki nyawa layaknya manusia. Contoh-contoh Gaya Bahasa Personafikasi Adapun contoh-contoh gaya bahasa hiperbola yaitu di bawah ini: Contohnya: Ia membiarkan pulpen itu menari-nari di atas kertas untuk menghasilkan tulisan mengagumkan. Penjelasan: Pulpen di personifikasikan seperti manusia yang mampu menari, padahal tidak mungkin pulpen bisa menari karena pulpen adalah benda mati. Daun yang tertiup angin berjoget layaknya tidak memiliki masalah. Penjelasan: Daun di personifikasikan seperti manusia yang mampu berjoget, padahal tidak. Angin bercakap-cakap bersama daun-daun, bunga-bunga, kabut dan titik embun. Penjelasannya: tidak ada angin yang bisa berbicara. Indonesia menangis, duka nestapa Aceh memeluk dengan erat sanubari bangsaku. Penjelasannya: Aceh adalah nama daerah dan itu merupakan benda mati jadi tidak bisa bergerak untuk memeluk. Gaya Bahasa Simile Penulis akan membahas mengenai pengertian gaya bahasa simile dan juga contoh-contoh gaya bahasa simile. Pengertian Gaya Bahasa Simile Simile juga menggunakan kata penghubung bak, bagaikan, ataupun seperti. Namun, simile menyandingkan sebuah kegiatan dengan ungkapan. Perumpamaan ialah padanan kata atau simile yang berarti seperti. Secara eksplisit jenis gaya bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata: seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana, serupa. Istilah simile berasal dari bahasa Latin simile yang bermakna seperti. Majas simile merupakan majas yang menggambarkan suatu keadaan dengan membanding-bandingkan suatu hal dengan hal lainnya yang pada hakikatnya berbeda namun disengaja untuk dipersamakan (Ducrot dan Todorov, 1981 : 279). Hal- hal tersebut dibandingkan secara eksplisit dengan penggunaan kata-kata seperi, bagaikan, laksana, umpama, dan lain-lain. Simile merupakan pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya, bagaikan, dan lain-lain. Simile adalah bahasa kiasan berupa pernyataan satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata-kata pembanding. Secara eksplisit jenis gaya bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata: seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana, serupa. Contoh-contoh Gaya Bahasa Simile Adapun contoh-contoh gaya bahasa hiperbola yaitu di bawah ini: Contoh: Seperti air di daun talas. Wajahnya bagaikan bulan kesiangan. Umpama kucing dengan tikus. Laksana air dengan minyak. kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan induknya. Pendekatan Stilistika Stilistika berasal dari istilah stylistics dalam bahasa inggris. Istilah stilistika atau Stylistic terdiri dari dua kata style dan ics. Stylist adalah pengarang atau pembicara yang baik gaya bahasanya, perancang atau ahli dalam mode. ics atau ika adalah ilmu, kaji, telaah. Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stilistika merupakan ilmu gaya bahasa. Stilistika adalah ilmu gaya bahasa yang digunakan untuk mengkaji suatu makna dalam sebuah karya sastra, dengan adanya stilistika kita bisa lebih memahami makna yang sesungguhnya yang terdapat dalam sebuah puisi secara mendetail, mulai dari struktur bahasa, penggunaan kata hingga mengamati antar hubungan pilihan kata. Adapun ruang lingkup stilistika, yaitu aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam stilistika meliputi intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya intonasi, gaya kata, gaya bunyi, dan gaya kalimat. Menurut Richard et al (1992) dalam Kushartanti, stilistika merupakan kajian mengenai gaya bahaya dapat mencakup gaya bahasa lisan, namun stilistika cenderung melakukan kajian bahasa tulis termasuk karya sastra. Stilistika mencoba untuk memahami mengapa si penulis cenderung menggunakan kata-kata dan ungkapan tertentu. Adakalanya stilistika digunakan untuk pengertian yang lebih luas, yaitu menandai gaya bahasa berdasarkan variasi bahasa regional dan juga variasi bahasa sosial. Stilistika merupakan cabang ilmu linguistik yang memfokuskan diri pada analisis gaya bahasa. gaya bahasa seorang calon presider dapat dibandingkan dengan calon presiden lainnya, demikian pula gaya bahasa seorang penyair dapat dijabarkan berdasarkan pilihan kata dan ungkapan yang digunakannya dalam membuat suatu karya sasatra. Apabila mempunyai data semua karya dari seorang penyair, data itu akan dianalisis dengan stilostatistik atau stilometri, yaitu kajian statistik terhadap karya sastra berbantu komputer, Menurut Endraswara, 2008:72 (dalam buku Sulaeman dan Goziyah 2019: 242), menyatakan bahwa pendekatan stilistika adalah pendekatan yang berkaitan dengan penelitian penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra. Penelitian dalam hal ini memerlukan pemahaman mendalam tentang gaya bahasa dan mencari seberapa jauh penguasaan gaya bahasa pencipta karya sastra tersebut. Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa, pendekatan stilistika adallah pendekatan yang berkaitan dengan penggunaan gaya bahasa sastra yang digunakan oleh penyair-penyair guna untuk memahami kata-kata dan ungkapan dari penulis tersebut. penelitian ini membutuhkan penguasaan yang dalam untuk memahami gaya bahasa karya sastra. Pembelajaran Sastra Kata sastra pada awalnya sebenarnya adalah kesusastraan, akan tetapi orang lebih suka menggunakan istilah sastra. Kata kesusastraan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu susastra dengan memperoleh iombuhan ke-an. Kata su berarti baik atau indah, dan kata sastra berarti tulisan atau karangan. Jadi, kesusastraan adalah semua tulisan atau karangan yang indah dan baik, semua tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Pembelajaran merupakan suatu proses belajar mengajar yang mengantarkan tercapainya tujuan yang diinginkan. Menurut Gino, 2000: 18. Tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran di sekolah secara umum untuk menyiapkan siswa agar dapat hidup dalam masyarakatnya sebagai manusia yang bermanfaat, yaitu mempunyai pengetahuan dan ketrampilan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya (Jurnal A. Wahid 2012, BAB 3). Kegiatan belajar mengajar harus ada unsur-unsur penunjang sistem pembelajaran, minimal terdiri atas siswa atau peserta didik, suatu tujuan, dan prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya motivasi belajar mengajar baik dari pihak guru maupun siswa, bahan ajar, tersedianya media penunjang, dan penggunaan metode yang mudah diikuti dan dipahami siswa. Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran sastra tidak hanya membuat siswa mengenal, memahami serta menghafal definisi sastra dan sejarah sastra, melainkan untuk menumbuhkembangkan akal budi siswa melalui kegiatan pengalaman bersastra yang berupa apresiasi sastra, ekspresi sastra, dan kegiatan telaah sastra sehingga tumbuh suatu kemampuan untuk menghargai sastra sebagai sesuatu yang bermakna bagi kehidupan. Menurut Rahmanto (2007: 15) menyatakan bahwa pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit dipecahkan di dalam masyarakat (A. Wahid 2012, bab 3). Sastra dapat menciptakan individu-individu yang lebih berkepribadian dan lebih cerdas. Hal ini disebabkan oleh adanya empat cakupan dalam pengajaran sastra yaitu membantu ketrampilan berbahasa, meningkatkan kemampuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan karakter. Pembelajaran sastra merupakan kegiatan membangun dan menciptakan pengetahuan sesuai pengalaman. ... Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan member makna melalui pengalaman nyata. Dalam hal ini pengalaman langsung menghadapi karya sastra. Pembelajaran apresiasi sastra sebenarnya bukan hanya bermanfaat dalam menunjang kemampuan berbahasa siswa serta mengembangkan kepekaan pikiran dan perasaan siswa saja, melainkan bermanfaat juga dalam memperkaya pandangan hidup dan kepribadian siswa. Akan tetapi, melihat fenomena yang terjadi dalam pembelajaran apresiasi sastra dewasa ini, banyak keluhan yang muncul di tengah-tengah masyarakat, baik dari kalangan sastrawan, ahli pendidikan dan pengajaran maupun dari guru sastra. Pada kenyataannya pengajaran apresiasi sastra di sekolah-sekolah belum terlaksana dengan baik karena pengajaran apresiasi sastra tersebut hanya bersifat teoritis saja. Hal ini dapat dilihat dari materi yang diberikan guru kepada siswa hanya berupa pengetahuan atau teori saja. Adapun fungsi sastra bagi hidup dan kehidupan manusia adalah : Fungsi reaktif, yaitu fungsi atau manfaat memberikan rasa senang, gembira, dan menghibur. Fungsi didaktif, yaitu fungsi atau manfaat mengarahkan dan mendidik pembaca karena mengandung nilai-nilai moral. Fungsi estetika, yaitu fungsi atau manfaat yang dapat memberikan keindahan bagi pembaca karena bahasanya yang indah. Fungsi moralitas, yaitu fungsi atau manfaat yang dapat membedakan moral yang baik dan tidak baik bagi pembacanya karena sastra yang baik selalu mengandung nilai-nilai moral yang tinggi. Fungsi religiusitas, yaitu fungsi atau manfaat yang mengandung ajaran-ajaran agama yang harus diteladani oleh pembaca Pelaksanaan Pembelajaran Sastra Sastra tidak bisa dikelompokkan ke dalam aspek ketrampilan berbahasa karena bukan merupakan bidang yang sejenis. Walaupun demikian, pembelajaran sastra dilaksanakan secara terintegrasi dengan pembelajaran bahasa baik dengan ketrampilan menulis, membaca, menyimak, maupun berbicara. Dalam praktiknya, pengajaran sastra berupa pengembangan kemampuan menulis sastra, membaca sastra, menyimak sastra, dan berbicara sastra. Berdasarkan hal di atas, pembelajaran sastra mencakup hal-hal berikut: Menulis sastra : menulis puisi, menulis cerpen, menulis novel, menulis drama. Membaca sastra : membaca karya sastra dan memahami maknanya, baik terhadap karya sastra yang berbentuk puisi, prosa, maupun naskah drama Menyimak sastra : mendengarkan dan merefleksikan pembacaan puisi, dongeng, cerpen, novel, pementasan drama Berbicara sastra : berbalas pantun, deklamasi, mendongeng, bermain peran berdasarkan naskah, menceritakan kembali isi karya sastra, menanggapi secara lisan pementasan karya sastra. Sasaran Pembelajaran Sastra Pembelajaran menulis sastra Penulisan sastra membutuhkan penghayatan terhadap pengalaman yang ingin diekspresikan, penguasaan teknik penulisan sastra, dan memiliki wawasan yang luas mengenai estetika. Tujuan pembelajaran menulis sastra adalah : agar siswa menguasai teori penulisan sastra yang berkaitan dengan unsur-unsur dan kaidah-kaidah dalam penulisan sastra, teknik penulisan sastra, dan estetika. Agar siswa terampil menulis sastra Pembelajaran membaca sastra Salah satu syarat untuk dapat memahami karya sastra dan membaca sastra dengan baik adalah mempunyai pengetahuan yang baik tentang sastra. Sasaran pembelajaran membaca sastra adalah pengembangan kompetensi yang berkaitan dengan hakikat membaca, hakikat sastra dan membaca sastra, teknnik memahami dan mengomentari karya sastra. Pembelajaran menyimak sastra Sasaran pembelajaran menyimak sastra adalah pengembangan kemampuan mendengarkan, memahami, dan menanggapi berbagai ragam wacana lisan. Sasaran lain adalah pengembangan kemampuan siswa dalam memahami pikiran, perasaan, dan imajinasi yang terkandung dalam karya sastra yang dilisankan. Pembelajaran berbicara sastra Kemampuan berbicara sastra merupakan kemampuan melisankan karya sastra yang berupa menuturkan, membawakan, dan membacakan karya sastra. Kemampuan tersebut merupakan salah satu indicator dari subkompetensi “menguasai ekspresi sastra dalam berbagai jenis dan bentuk”. Kajian yang Relevan Penelitian ini menggunakan kajian yang relevan Jurnal Aruna Lailla (2016) "Gaya Bahasa Perbandingan dalam Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja Karya M. Aan Mansyur (Tinjauan Stilistika)”. Jurnal dari STKIP PGRI Sumatera Barat. Tahun 2016. Penelitian ini menunjukkan bahwa kedua puisi ini mempunyai hubungan gaya bahasa berupa: (1) Kedua cerpen bertemakan mengenai konflik jiwa yang menggebu; (2) Persamaan pendekatan stilistika; Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian karya ilmiah ini adalah metode kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui gaya bahasa yang terdapat dalam puisi Aku Tulis Pamplet Ini dengan cerpen Melihat Api Bekerja. Selain itu penulisan karya ilmiah ini juga menggunakan pendekatan stilistika. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Kedua penelitian ini menggunakan pendekatan stilistika. Adapun persamaannya lagi adalah pada penelitian ini objek penelitiannya adalah puisi. Data pada objek penelitian ini berupa data verbal dan nonverbal atau gambar. Data diperoleh dengan teknik membaca dan mencatat. Instrumen penelitian yaitu peneliti sebagai pelaku sepenuhnya pada penelitian ini. Validitas data berupa validitas, reabilitas yang digunakan interrater dan intrarater. Data analisis dengan komparatif-induktif, kategorisasi, dan inferensi. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Kedua penelitian ini juga difokuskan pada analisis gaya bahasa. Instrumen penelitian pada kedua penelitian ini yaitu peneliti sebagai pelaku sepenuhnya. Adapun perbedaannya adalah pada penelitian penulisnya antara W.S Rendra dan M. Aan Mansyur. Metode yang digunakan dalam penelitian karya ilmiah ini adalah metode deskriptif analitik, sedangkan peneliti sendiri menggunakan metode analisis isi atau konsep. Hasil analisis penelitian ini adalah bahasa bahasa perumpamanan, gaya bahasa metafora, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa antitesis, gaya bahasa pleonasme dan tautologi. Sedangkan hasil analisis peneliti sendiri yaitu gaya bahasa perbandingan (hiperbola, personifikasi, dan simile). BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode penelitian analisis isi atau analisis konsep isi karena penelitian ini untuk menganalisis isi yang terkandung di dalam puisi. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang di isinya tidak menggunakan angka-angka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia V Offline, metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendakai; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang telah dtentukan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan kualitatif. Arikunto (2009:195) dalam jurnal Universitas Indonesia Perpustaka, menyebutkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian deskriptif karena penelitian ini berusaha menggambarkan data dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh simpulan. Jadi maksudnya bahwa, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat menggambarkan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat lalu setelah itu dapat disimpulkan hasil penelitiannya. Menurut Fraenkel dan Wallen ( 2007 : G6) menyatakan penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengharuskan peneliti mengkaji fenomena yang terjadi secara alamiah dengan segala kompleksitasnya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, menurut Fraenkel dan Wallen penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengharuskan si penelitinya untuk mengkaji masalah tentang fenomena yang terjadi secara alamiah. Moleong (2007: 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian (misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan lain-lain) secara holistik dengan mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata pada konteks khusus yang alamiah. Jadi menurut Moleong dapat disimpulkan bahwa, penelitian kualitatif adalah penelitian yang tujuannya untuk mengetahui dan memahami masalah tentang fenomena yang dialami oleh subjek peneliti dan menggambarkannya melalui kata-kata dan kalimat (Sulaeman dan Goziyah, 2019). Dengan demikian dari beberapa definisi dapat disimpulkan pengertian penelitian kualitataif adalah penelitian yang berisi menggambarkan, data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar dari pada angka-angka. Penelitian kualitatif menggunakan objek yang alamiah dan lebih kepada proses penelitian. Datanya berupa kata-kata. Penelitiannya ini juga menggunakan metode isi. Menurut Prastowo (2011: 81) dalam buku Sulaeman dan Goziyah menyebutkan bahwa, Analisis isi adalah suatu metode yang teknik penelitiannya dilakukan dengan membuat inferensi secara kontekstual (Sulaeman dan Goziyah, 2019). Jadi pesan-pesan komunikasi dapat dipahami secara utuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa, analisis isi adalah metode yang penelitiannya menggunakan simpulan yang sudah direncanakan atau sudah dicari dan dipikirkan. Mengenai pengertian analisis isi, Krippendorf, 2004:18 (dalam buku Sulaeman dan Goziyah) menyatakan bahwa, analisis isi merupakan suatu teknik penelitian yang digunakan untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru dan sahih dengan memperhatikan konteksnya. Di dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti melakukan analisis isi sejak menyusun proposal, melaksanakan pengumpulan data di lapangan, hingga peneliti memeroleh seluruh data yang dibutuhkan untuk penelitian. Menurut Ratna (2012: 28) dalam buku Sulaeman dan Goziyah, menyatakan bahwa Isi dalam metode analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang mengandung dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi. Tiga tujuan utama menggunakan analisis isi yaitu untuk mendeskripsikan data. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam berupa data, gambaran, dan pengetahuan mengenai kebiasaan remaja jika mengalami mager. Dengan demikian, dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa, analisis isi adalah sebuah metode yang bisa digunakan dalam sebuah penelitian kualitatif yang di mana penulis akan meneliti suatu masalah yang menarik dan menjelaskannya dengan teknik penelitian yang dilakukan dengan simpulan yang sudah direncanakan. Biasanya analisis isi ini mengandung dokumentasi, dokumen, dan naskah. Dan adapun isi komunikasinya yaitu berupa gambar-gambar yang jelas untuk mendeskripsikan penelitian ini. Adapun langkah-langkah dalam metode analisis isi ini adalah sebagai berikut: Persiapan Pada tahap pertama ini peneliti mempersiapkan penelitian dengan cara melakukan suatu studi pustaka, memilih serta menentukan judul, dan mengonsultasikan kepada dosen pembimbing. Perencanaan Pada tahap perencanaan peneliti melakukan penyusunan rancang penelitian dan mengonsultasikannya kepada dosen pembimbing. Pelaksanaan Tahap ketiga ini peneliti melakukan pengumpulan data, mengelola data, serta mendeskripsikannya. Dari pengumpulan data tersebut peneliti melakukan analisis dan penyimpulan. Dalam penelitian ini peneliti akan membahas analisis gaya bahasa perbandingan pada puisi Aku Tulis Pamplet Ini karya W.S Rendra dan implikasinya dalam pembelajaran sastra di SMA dengan menggunakan pendekatan stilistika. Penyelesaian Pada tahap akhir kegiatan yang dilakukan penulis yaitu penulisan laporan hasil penelitian, revisi penelitian, dan penggandaan hasil penelitian. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini yang dilakukan di Semester ganjil (semester 5). Tempat penelitian yaitu di rumah dan virtual. Waktu penelitian yaitu di bawah ini: No KEGIATAN WAKTU KET 1 Pengajuan Judul 5 Oktober 2020 2 Bimbingan Proposal 5 Oktober 2020 – 16 Januari 2021 3 Seminar Proposal Skripsi 15 Januari 2021 Sumber dan Jenis Data Penelitian Sumber data merupakan tempat diperolehnya data penelitian yang akan dijadikan untuk penelitian. Menurut Prastowo (2012:207) “Penentuan sumber data berdasarkan jenis data yang telah ditentukan” (Nopiyanti, 2016). Sumber data penelitian yang terkait dari penelitian ini adalah Aku Tulis Pamplet Ini karya W.S Rendra. Dan ini merupakan data primer berupa dokumentasi. Sedangkan, sumber data sekundernya adalah implikasinya terhadap pembelajaran di sekolah SMA manapun. Sedangkan, jenis data penelitian ini dikelompokkan mejadi dua jenis yaitu: Data Primer Menurut Siswantoro, (2011:71) “Data primer adalah data utama, yaitu data yang diseleksi atau diperoleh secara langsung dari sumbernya tanpa perantara” (dalam buku Sulaeman dan Goziyah, 2019: 187). Data primer dalam penelitian ini adalah Puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya W.S Rendra. Data Sekunder “Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau lewat perantara, tetapi tetap bersandar kepada kategori atau parameter yang menjadi rujukan” Siswantoro, 2011:71 (dalam buku Sulaeman dan Goziyah, 2019: 187). Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku referensi yang terkait dengan objek penelitian, dari peneliti sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti kaji yang terdapat dalam jurnal dan sumber buku referensi sebagai acuan dalam penulisan penelitian ini. Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono, (2016:224) Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Nopiyanti, 2016:26). Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian kualitatif bahasa dan sastra ini teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan dokumentasi atau kajian kepustakaan. Dokumentasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia V Offline dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan. Dokumentasi juga berguna untuk dijadikan bukti bahwa kita sudah melakukan sebuah penelitian. Penelitian menggunaka metode ini yaitu untuk mengambil dokumentasi berupa foto-foto yang diambil pada saat melakukan penelitian dan foto pada saat pengambilan data penelitian yang digunakan sebagai alat bukti lengkap dari data utama. Berdasarkan alat pengumpulan data diatas peneulis berharap data yang diperoleh akan lebih baik berdasarkan fakta-fakta dilapangan. Menurut Sulaeman dan Goziyah (2019: 57) dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang yang tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian meliputi, buku-buku yang relevan, pelaporan, film, dan dokumenter. Menurut Arikunto (2005: 206) mengemukakan bahwa dokumentasi adalah metode dalam mencari data berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda program sekolah, jadwal pelajaran, dan sebagainya. Dokumentasi dalam kegiatan penelitian ini dilakukan untuk mendukung kelengkapan data dari hasil pengamatan dan hasil wawancara yang telah dilakukan. Data dokumen yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa foto atau dokumentasi pada saat pengambilan data wawancara (Sulaeman dan Goziyah, 2019: 181). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, dokumentasi adalah foto, gambar, dan bukti yang diambil saat melakukan sebuah penelitian. Dokumentasi ini sangat penting dalam sebuah penelitian karena untuk dijadikan bukti dan lampiran. Oleh karena itu, jika sedang menjalankan sebuah penelitian seorang peneliti harus kreatif dengan mengambil gambar atau catatan tetapi harus mendapatkan izin terlebih dahulu. Penelitian kepustakaan merupakan suatu jenis penelitian yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data secara mendalam melalui berbagai literatur, buku, catatan, majalah, referensi lainnya, serta hasil penelitian sebelumnya yang relevan, untuk mendapatkan jawaban dan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Penelitian kepustakaan dapat sekaligus memanfaatkan sumber kepustakaan untuk sumber data penelitiannya, tanpa melakukan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan memiliki beberapa ciri khusus, antara lain; pertama penelitian ini berhadapan langsung dengan teks atau data angka, bukan dengan lapangan atau saksi mata (eyewitness), berupa kejadian, orang atau benda-benda lain. Kedua, data bersifat siap pakai (readymade), artinya peneliti tidak pergi kemana-mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan sumber yang sudah ada di perpustakaan. Ketiga, data diperpustakaan umumnya adalah sumber data sekunder, dalam arti bahwa peneliti memperoleh data dari tangan kedua bukan asli dari tangan pertama dilapangan. Keempat, kondisi data di perpustakaan tidak dibagi oleh ruang dan waktu. Teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi atau kajian kepustakaan, dalam hal ini kajian terhadap analisis gaya bahasa perbandingan (hiperbola, personifikasi, dan simile) pada puisi Aku Tulis Pamplet Ini karya W.S. Rendra. Puisi tersebut menjadi sumber data utama penelitian. Kajian kepustakaan dilakukan dengan penghayatan secara langsung dan pemahaman arti secara rasional. Studi dokumentasi atau kajian perpustakaan pada penelitian ini berbentuk karya sastra, yaitu puisi. Dalam penelitian ini, analisis gaya bahasa perbandingan pada puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya W.S. Rendra sebagai sumber data utama atau data primer. Teknik studi dokumentasi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Memilih objek yang akan digunakan untuk diteliti dengan cara memilih puisi karya W.S Rendra. Membaca buku secara berkesinambungan dari sumber data puisi karya W.S Rendra secara keseluruhan dan berulang-ulang. Menandai larik-larik puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya W.S. Rendra yang mengandung gaya bahasa hiperbola, personifikasi, dan simile. Membuat tabel instrumen puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya W.S. Rendra. Membahas hasil penelitian secara menyeluruh dan membuat kesimpulan. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap untuk melakukan penelitian tersebut. Menurut Sugiyono, (2016, h. 222) mengatakan bahwa, yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri dengan cara mengevaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif dan penguasaan teori, serta wawasan terhadap bidang yang diteliti (Nopiyanti, 2016: 27). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa, di dalam sebuah penelitian kualitatif yang menjadi alat adalah peneliti itu sendiri dengan syarat kehadiran peneliti dapat diabsahkan sebatas kemampuannya dalam instrumen yang disajikan. Menuurut Nopiyanti (2016:27) instrumen penelitian dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi alat atau pengelola dari penelitiannya dengan syarat keberadaan peneliti harus diabsahkan sebatas kemampuannya dalam instrumen yang disajikan di bawah ini. Dengan demikian, dari beberapa definisi dapat dikatakan bahwa, instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk membantu peneliti dalam kegiatan penelitian agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan sistematis dan dipermudah. Dalam penelitian kualitataif yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sedniri. Tabel 1.1 Analisis Gaya Bahasa Perbandingan (Hiperbola, Personifikasi, dan Simile) dalam Puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya W.S. Rendra dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA (Pendekatan Stilistika) No Judul Puisi Temuan Gaya Bahasa Perbandingan Ket 1 2 3 1 2 3 Keterangan: 1 = Hiperbola. 2 = Personifikasi. 3 = Simile Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu proses pengungkapan pengurutan data tentang gaya bahasa yang terdapat dalam puisi Aku Tulis Pamplet Ini karya W.S. Rendra ke dalam kategori dan kesatuan uraian sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan tentang gaya bahasa yang dilengkapi dengan data pendukung. Menurut Sugiyono (2016: 243) Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan juga dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus-menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali, sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang jelas (Nopiyanti, 2016: 35). Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut. Reduksi Data Reduksi data dilakukan untuk mengurangi data yang jumlahnya begitu banyak, membuang data yang tidak diperlukan, merapikan data yang berantakan (messy), serta menajamkan data yang masih kasar atau tidak tajam. Pada langkah reduksi data ini data yang diperoleh melalui mencatat, mengklarifikasikan dan mengelompokkan gaya bahasa (hiperbola, personifikasi, dan simile) pada pusi Aku Tulis Pamplet Ini karya W.S. Rendra. Data yang sudah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data. Data-data yang dipilih hanya data yang berkaitan dengan masalah yang akan dianalisis berkenaan gaya bahasa perbandingan (hiperbola, personifikasi, dan simile) pada puisi Aku Tulis Pamplet Ini karya W.S. Rendra. Penyajian Data Setelah direduksi langkah selanjutnya dalam analisis ini adalah penyajian data. Dalam tahap ini peneliti mendeskripsikan dan menganalisis gaya bahasa (hiperbola, personifikasi, dan simile) pada pusi Aku Tulis Pamplet Ini karya W.S. Rendra ke dalam bentuk tabel pendeskripsian dan pengelompokan. Masing-masing tabel tersebut terdiri atas gaya bahasa perbandingan, hiperbola, personifikasi, dan simile. Data-data yang sudah ditetapkan kemudian disusun secara teratur dan terperinci agar mudah dipahami dan bertujuan memudahkan pembaca untuk membaca dan menarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan dan Verifikasi Pada tahap ketiga adalah dibuat penarikan kesimpulan dari hasil analisis yang telah diperoleh sejak awal hingga akhir, yaitu analisis gaya bahasa (hiperbola, personifikasi, dan simile) pada pusi Aku Tulis Pamplet Ini karya W.S. Rendra. Ketiga langkah atau kategori tersebut saling berkesinambungan maka dari itu harus dilakukan secara terus menerus mulai dari awal sampai dengan penelitian berakhir. Keabsahan Data Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Suatu instrumen yang paling atau sahih mempunyai validitas tinggi. Menurut Sugiyono (2016:267) mengatakan bahwa, data yang valid adalah data yang tidak berbeda antardata yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian (Nopiyanti, 2016: 35). Untuk meyakinkan bahwa deskriptif data yang di sajikan oleh penulis adalah data yang absah dan memiliki derajat kepercayaan, maka dilakukan teknik penjamin keabasahan melalui, objektivitas dan kesahihan internal: Objektivitas Objektivitas bermakna sebagai proses kerja yang dilakukan untuk mencapai kondisi objektif. Menurut Sugiyono (2016:268) mengatakan bahwa, objektivias berkenaan dengan derajat kesepakatan atau interpersonal agreement antar banyak orang terhadap suatu data Adapun kriteria objektivitas adalah jika memenuhi syarat minimum, desain penelitian dibuat secara baik dan benar, fokus penelitian tepat, kajian literatur yang relevan, teknik pengumpulan data yang sesuai dengan fokus permasalahan penelitian, analisis data dilakukan secara benar, dan hasil penelitian bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan (Nopiyanti, 2016: 36). Objektivitas data penelitian ini mengacu pada fokus penelitian yaitu analisis gaya bahasa perbandingan (hiperbola, personifikasi, dan simile) pada puisi Aku Tulis Pamplet Ini karya W.S. Rendra. Kesahihan Internal Kesahihan internal membicarakan seberapa jauh hasil penelitian dapat dipercaya. Untuk mencapai kepercayaan, penelitian sastra harus memenuhi kriteria keabsahan data sebagai berikut: Triangulasi Menurut Sugiyono (2016: 273) mengatakan bahwa, triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Teknik triangualasi dapat dilakukan dengan cara memeriksa dengan sumber lainnya, dapat dicapai dengan membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, dan membandingkan apa yang dikatakan orang- orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. Menurut Moleong (2013:330) Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Sulaeman dan Goziyah, 2019: 151). Di luar data itu untul keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan dengan melibatkan Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia dan Guru Bahasa Indonesia yang dijadikan sebagai sumber untuk melakukan triangulasi atau keabsahan data penelitian. Hal ini juga bisa dilakukan dengan data hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Diskusi dengan teman sejawat Pengecekan keabsahan dilakukan dengan mendiskusikan hasil penelitian yang masih bersifat sementara dengan teman-teman S1 yang sedang mengadakan penelitian dengan fokus penelitian pada konflik yang sama dengan penelitian tersebut. Berdiskusi dengan teman sejawat bisa dilakukan sebagai bentuk keabsahan sebuah data. Diskusi dengan teman sejawat bertujuan untuk membandingkan kesalahan dan kekurangan dalam sebuah penelitian melalui diskusi dengan teman-teman yang sedang melakukan penelitian atau yang sudah melakukan penelitian sehingga kesalahan tersebut dapat terhindar. Dalam diskusi tersebut yang terjadi ialah saling meminta dan memberikan sebuah masukan serta pendapat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangan yang dilakukan peneliti sehingga dapat dilakukan perbaikan. Saran dan berbagai pertanyaan dilakukan dengan cara melakukan pencatatan tulisan dari hasil diskusi untuk dijadikan bahan perbaikan dalam hasil penelitian sementara. Kesahihan Ekternal Tahap ini berkenaan dengan hasil penelitian yang dapat ditransfer oleh orang lain dan dapat diaplikasikan dalam situasi lain, untuk mencapai kesahihan ekternal penulis meneliti dengan sistematis, rinci, jelas, dan bisa dipertanggungjawabkan. Keterandalan Keterandalan adalah berupa bentuk untuk menguji dan sudah tercapainya data dalam sebuah penelitian. Pada penelitian analisis gaya bahasa perbandingan (hiperbola, personifikasi, dan simile) pada puisi Aku Tulis Pamplet Ini karya W.S. Rendra, peneliti akan mempertanggungjawabkan secara ilmiah. Untuk mendapatkan berbagai pertimbangan-pertimbangan khusus terhadap hasil penelitian ini, maka peneliti akan melakukan revisi kembali terhadap keseluruhan penelitian, dari mulai menemukan fokus masalah, pengambilan data, analisis data, uji keabsahan penelitian sampai pada simpulan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Sulaeman, Agus, dan Goziyah. 2019. Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta Timur: Edu Pustaka. Dewi, Nanda Novianti. 2018. “Kajian Intertekstualitas Unsur Intrinsik Antara Novel Tuhan Lindungi Mahkotaku karya Arif YS dan Novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy”. Universitas Muhammadiyah Tangerang. Hikmat, Ade., Nur Aini Puspita Sari., dan Syarifhidayatullah. 2017. Kajian Puisi. Jakarta: UHAMKA. Kushartati., Untung Yuwono., dan Multamia RMT Launder. 2009. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum. Markoem Muhadjir. 2019. Linguistik Umum beserta Sintaksis Generatif Transformasi. Tangerang: Pustaka Mandiri. Anggraini, Nori. Ismalinar. 2017. Modul Sejarah Sastra. Tangerang: FKIP UMT Press. Anggraini, Nori. 2017. Teori Sastra. Tangerang: FKIP UMT Press. Anggraini, Nori. 2018. Kajian Prosa. Tangerang: FKIP UMT Press.

 

https://drive.google.com/file/d/106sCSsdvJlwE--otsoJVeMEiKeVxpIeT/view?usp=drivesdk